Audio

Sunday, May 8, 2016

Naughty Slaves



Naughty Slaves
.
.
.
.
Well... Silakan tebak sendiri pairnya. :)
AU,  Smut
Rated M
By : Black Ave
.
.
Don't Like Don't Read
.
.
.

“Kookie-ya, Taetae bosan..” ucap namja bertelinga kucing bernama Taehyung itu kepada yeoja manis yang ia panggil Kookie.

“Kookie merindukan tangan besi yang dingin itu huft.. Master kapan pulang?” tanya yeoja itu yang bernama Jungkook. Yeoja imut bertelinga kelinci itu mempoutkan bibirnya. Taehyung menggedikkan bahunya.

“Seharusnya Master sudah pulang jam segini. Kookie, ayo kita siapkan hadiah untuk Master!” ucap Taehyung bersemangat. Ide jahil nan nakal terbesit di otaknya.

“Hadiah apa, Taetae oppa?” Jungkook memandang Taehyung. Taehyung menyengir dan menarik tangan Jungkook.

“Ikut saja! Taetae yang atur!” Taehyung terus menarik tangan Jungkook dan mereka pun sampai di sebuah ruang penuh dengan pakaian-pakaian. “Lepaskan pakaianmu Kookie.” Ucap Taehyung.Seketika wajah Jungkook memerah.

“Untuk apa?” tanya Jungkook. Walau Taehyung sudah sering melihat tubuhnya ketika mereka bermain dengan Master mereka, Jungkook tetap saja malu jika harus telanjang di depan Taehyung atau pun Masternya.

“Lepaskan saja cepat!! Sebelum Master pulang.” Jungkook pun menurut dengan pasrah. Jungkook melepaskan seragam maidnya. Sekarang tubuh Jungkook telah terekspose sempurna. Ia tak pernah menggunakan pakaian dalam karena Masternya itu melarangnya. Katanya untuk mempermudah dirinya jika ia ingin menyetubuhi Jungkook.

Taehyung mengambil sebuah kemeja putih lalu memakaikannya pada Jungkook. Setelah itu Taehyung membawa Jungkook kekamar mandi dan langsung mengguyur yeoja manis itu.
“Yak! Dingin oppa!!” pekik Jungkook. Dengan pakaian minim begitu dan disiram air yang cukup dingin cukup membuatnya menggigil.

“Nanti juga ada yang menghangatkan tubuhmu Kookie~” ucap Taehyung. “Ayo ikut aku lagi.” Taehyung menarik Jungkook menuju kamar Master mereka. Taehyung mendorong Jungkook hingga terjatuh ke kasur. Ia mengambil sebuah tali dan vibrator milik Master mereka. Dengan gesit Taehyung mengikat tangan dan kaki Jungkook pada tiang-tiang di setiap sudut ranjang. Tak lama suara mobil terparkir terdengar. Taehyung segera memasukkan vibrator tersebut pada kewanitaan Jungkook. Dengan lihai Taehyung mengambil sebuah penjepit dan menjepit nipple Jungkook dengan benda itu.

“Angghh! Oppa...” rintih Jungkook. Taehyung segera menyalakan vibrator tersebut.

“Aku akan bawa Master kemari. Tunggulah!” Taehyung berlari keluar dari kamar Masternya. Tak lupa menutup pintu kamar tersebut.

“Taetae, kemana saja um?” sang Master berdiri di hadapannya sambil menunjukkan senyum dimplenya.

“Ung... Taetae dan Kookie menyiapkan hadiah untuk Master!” ucap Taehyung sambil memasang wajah polosnya. Masternya mengernyitkan dahinya.

“Baiklah. Mana hadiahnya? Master ingin melihatnya.” Ucap sang Master. Taehyung pun menuntun Masternya ke kamarnya. Dan begitu pintu kamar terbuka sang Master terdiam. Ia melihat Jungkook tengah terikat. Dua bongkahan besar itu tercetak jelas di kemeja yang basah. Napasnya begitu memburu. Mulut yang terbuka untuk meraup oksigen. Tak lupa sebuah vibrator melesak kedalam kewanitaan Jungkook yang terlihat berkilau karena basah. Kemaluan yang bersih tanpa sehelai bulu yang menutupinya.

“Try to seduce your Master hm?” ucap sang Master. “Bitchy slaves.. Lemme punish both of you.” Sang Master melepas dasinya dengan lengannya yang terbuat dari metal.

“Take off your clotches, Taetae.” Ucapnya. Taehyung pun menurut dan melepaskan pakaiannya.

“Master.. touchh...” rengek Jungkook. Jungkook menatap sang Master dengan tatapan sayunya.

“Siapa pemilikmu hm? Call my name.” Tangan besinya yang dingin itu menyentuh salah satu dada Jungkook dan meremas-remasnya.

“Ouuhh... Masterhh... Namjoonhh... aahhh!” Jungkook memekik begitu Namjoon –sang Master- memasukkan dua jari metalnya ke dalam kewanitaannya Jungkook. Jungkook menggelinjang nikmat. Lengan besi yang dingin itu yang ia inginkan sekarang. Kedua jari Namjoon bergerak cepat dalam lubang hangat milik Jungkook yang sudah sangat basah itu. Jarinya bergesekkan dengan vibrator yang semakin masuk menghantam kewanitaan Jungkook.

“Master~ look at me..” panggil Taehyung. Pandangan Namjoon beralih ke Taehyung yang tengah striptease menggunakan salah satu tiang penyangga atap kasurnya. Tubuh naked Taehyung meliuk-liuk sensual. Satu kakinya ia kaitkan pada salah satu tiang. Kejantanannya bergesekkan dengan tiang tersebut.

“I want your touch too.. touch me, fuck me please...” dirty talk yang Taehyung lakukan semakin membuat libido Namjoon naik. Dua slave nakalnya benar-benar memberi tontonan yang menggairahkan. Namjoon menarik Taehyung ke pangkuannya, memeluk pinggang ramping itu dengan lengan kanannya. Ia mencium ganas bibir Taehyung. Taehyung menggesek-gesekkan kejantanannya di perut Namjoon.

“Argghh..” lenguhan terdengar dari Jungkook ketika ia sampai pada orgasmenya sendiri. Kewanitaannya nampak makin basah. Napasnya begitu memburu. Taehyung melepaskan ciumannya dan melirik Jungkook.
“Master~ may I touch Kookie?” tanya Taehyung dengan wajah polos yang ia buat-buat.

“Go ahead. Tapi, puaskan aku juga.” Ucap Namjoon. Ia mengeluarkan jarinya yang telah basah dengan cairan milik Jungkook. Jungkook membuka mulutnya, mengisyaratkan agar sang Master membiarkan ia menghisap jari metalnya. Namjoon yang melihat itu memasukkan jarinya ke mulut Jungkook, dengan telaten Jungkook mengulum dan menghisap jari Namjoon.

Taehyung mengeluarkan vibrator dalam vagina Jungkook dan menggantinya dengan penisnya yang sudah tegang. Namjoon yang tidak ingin hanya menonton ia melepaskan celanannya yang membungkus kejantanannya yang sedari tadi sudah tegak. Selagi Taehyung menyetubuhi Jungkook, Namjoon memasukkan penisnya ke dalam hole Taehyung tanpa aba-aba.

“Kyaahhh! Ouuhh... Masteeerhh!” pekik Taehyung. Hole Taehyung berkedut memijit milik Namjoon yang besar itu. Tanpa menghentikan gerakan pinggulnya, Taehyung terus menumbuk kewanitaan Jungkook yang sudah sangat basah tersebut. Tanpa perlu bergerak, gerakan pinggul Taehyung membuat penis Namjoon keluar masuk dalam hole Taehyung. Tangan Namjoon terarah untuk mencabut dua penjepit di nipple Jungkook, tangannya merobek kemeja Jungkook dan meremas kuat dua bongkahan besar yang ia sukai itu.
“Aahhh!! Master... Taetae oppa~ gimme morehh... harderhh ouuhh..” desah Jungkook erotis. Tubuhnya terhentak-hentak seiring gerakan Taehyung yang makin cepat. Kedua payudaranya bergoyang-goyang menambah keseksiannya.

“Taehyung, gantian.” Perintah Namjoon. Taehyung mengerang kesal. Ia hampir saja sampai mengeluarkan spermanya dalam Jungkook. Mau tak mau Taehyung menurut. Ia mengeluarkan miliknya dari lubang Jungkook. “Menungging, bitch.” Perintah Namjoon kepada Jungkook sambil meremas bokong Jungkook. Jungkook pun menurut dan menungging. Sedangkan, Taehyung duduk di hadapan Jungkook dan menyodorkan penisnya ke arah mulut Jungkook agar mutan kelinci itu menghisap miliknya.

Jungkook memasukkan milik Taehyung ke dalam mulutnya dan mulai mengulum penis Taehyung. Ia menghisap dan mengigit ujung penis Taehyung. Namjoon memegang pinggang Jungkook lalu dengan sekali hentak memasukkan miliknya ke dalam vagina Jungkook.

“Eumhh.. hngghh..” lenguh Jungkook tertahan. Tak lama ia merasakan cairan hangat nan kental memenuhi mulut dan kewanitaannya.

“Aku haus. Jungkook-ah, berikan susumu.” Ucap Namjoon setelah mencabut miliknya dari lubang Jungkook.

“Taetae juga mau..” rengek Taehyung manja. Jungkook mendudukkan dirinya, tangannya memelintir nipplenya.

“Susu segar untuk Master dan Taetae oppa..” ucap Jungkook sembari menggoyangkan dadanya. Taehyung dengan semangat menghisap puting Jungkook. Di ikuti dengan Namjoon yang menghisap puting Jungkook yang lainnya. Dengan lihai keduanya memainkan lidahnya di atas puting Jungkook yang mencuat. Jungkook menekan kepala keduannya. Namjoon dan Taehyung menghisap kuat puting Jungkook, layaknya bayi yang tengah menyusu. Rasa nikmat yang menggerayangi tubuh bagian atasnya membuat Jungkook mendongak. Setelah puas, Taehyung menjilat-jilat puting Jungkook serta seluruh permukaan payudara Jungkook. Sedangkan Namjoon terus menghisap sambil meremas-remas payudara Jungkook seakan masih  belum puas.

“Aaahh... Masterhh~ segitu hausnya kah?” tanya Jungkook sambil melihat Namjoon yang masih memanjakan payudaranya. Tangannya terulur mengelus rambut Namjoon. Tak lama Namjoon menjauhkan kepalanya dari dada Jungkook dan mengecup seluruh tubuh Jungkook, dari dahi hingga ke kewanitaan Jungkook yang masih basah.

“Hadiah yang mengaggumkan. Kalian hebat. Dan Jungkookie, tubuhmu benar-benar nikmat. Sekarang istirahatlah.” Ucap Namjoon mengelus surai hitam Jungkook. Jungkook memeluk lengan metal Namjoon.
“Bersama Master ne?” pinta Jungkook manja. Taehyung mempoutkan bibirnya.

“Taetae juga mau sama Master!” Taehyung langsung memeluk tubuh Namjoon. Namjoon terkekeh.
“As your wish, my naughty slaves. Tapi, tidak gratis. Arra?” Jungkook dan Taehyung mengangguk. Mereka siap melayani Namjoon kapan pun asal bisa terus bersama namja itu. Mereka pun terlelap dengan Taehyung dan Jungkook yang memeluk Namjoon.

-Tamat-

Saturday, August 29, 2015

The Last Chance || CHAP 2 [END] || TWOSHOOT FANFIC

Title       : The Last Chance
Author   : Black Ave
Genre     : Romance, Hurt/Comfort, Angst
Cast        : BTS Member
Pair        : KookMin
Rate       : T
Sumarry : Jika nyawaku bisa mengembalikan kebersamaan kita, aku rela asal kita bisa bersama walau hanya untuk sehari saja.



~Happy Reading~







~Don't Like Don't Read~










"A-appa.. aku tidak akan menolak. Kelulusanku juga tidak lama lagi bukan. Jika itu mau appa, aku terima. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi izinkan aku bertemu Jungkook 2 hari ini saja. Aku tidak akan menginap, aku akan pulang sebelum jam 10 malam. Aku janji itu appa. Kumohon, izinkan aku, membuat... kenangan terakhir yang indah.. bersama Jungkook. Hanya untuk terakhir kalinya." Jimin memejamkan matanya. Perasaannya sangat sakit ketika mengucapkan kata demi kata yang ia lontarkan. Tak terasa air matanya mengalir di pipinya. Ia jatuh bersimpuh di hadapan sang appa.

Sang eomma maupun Hyeri ikut terharu mendengar kata-kata Jimin, mereka benar-benar merasakan perasaan Jimin. Sang eomma menatap sang appa, berharap sang appa mengizinkannya. Sang appa terdiam. Istri bahkan anak bungsunya berharap agar ia mengizinkan. Melihat keadaan sang anak sulungnya pun ia menjadi iba dan sedih.

Ia menyuruh Jimin untuk berdiri. Sang appa memegang bahu Jimin. "Appa mengizinkanmu. Tapi, sekarang kau istirahatlah dulu. Maafkan keputusan appa ini. Appa tidak bisa mengubah keputusan appa, nak. Ini demi kebaikanmu." Jimin hanya mengangguk. Ia berjalan ke kamarnya, dan beristirahat. Disatu sisi ia masih berharap bahwa kejadian hari ini hanyalah mimpi belaka. Sayangnya, inilah kenyataan pahit yang harus ia dan Jungkook hadapi.


~^The Last Chance^~


Beruntung hari ini Jimin tidak ada jadwal kuliah, dan sekolah Jungkook pun libur. Di hari sabtu cerah ini, Jimin mengajak Jungkook bertemu di taman tempat pertama kali mereka menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Jimin duduk dibawah pohon sambil menunggu Jungkook datang.

Tiba-tiba pandangannya menjadi gelap. Ia tak dapat melihat apapun. "Kookie~ apaan sih? Ayo buka," Jimin mempoutkan bibirnya. Ia sudah tau siapa yang melakukan itu semua. Ia mendengar suara kekehan yang familiar. Orang asing -yang sudah ia pastikan itu Jungkook- melepaskan tangannya dari mata Jimin.

"Bagaimana kau tau?" Jungkook duduk di samping Jimin. Jimin mengalihkan pandangannya.

"Aku sudah hafal bodoh!" kata Jimin dengan nada jutek. Jungkook tertawa keras melihat ekspresi Jimin yang begitu menggemaskan menurutnya.

"Jadi.. apa yang terjadi kemarin malam?" tanya Jungkook sambil memandang lurus ke arah anak-anak yang sedang bermain di taman. Jimin menunduk, seketika raut wajahnya berubah. Jungkook menoleh kearah Jimin. Ia tau apa yang terjadi. "Ya sudah, jangan di ingat ne, chagi." Jungkook merangkul Jimin, mengusap-usap bahu namja manis itu.

Jimin mendongakkan wajahnya. "Kau tau?" tanya Jimin sambil menatap Jungkook. Jungkook hanya mengangguk dan tersenyum pahit. Jimin menunduk. "Aku di beri waktu 2 hari untuk bersamamu di saat-saat terakhir kita. Setelah itu aku akan fokus kuliah, lalu ketika lulus aku akan pindah ke luar negeri." ujar Jimin.

"Tidak apa-apa. Aku mengerti. Mungkin kita memang seharusnya berpisah." Jimin menatap Jungkook seakan ingin protes. Tapi, ia sadar. Perkataan Jungkook memanglah benar.

"Ayo kita bersenang-senang. Mari kita buat kenangan terakhir yang terindah." Jimin mencoba tersenyum, walau jelas terlihat ia memaksakan senyumnya. Jungkook terkekeh pelan.

"Ayo, mari habiskan waktu di Lotte World. Bagaimana?" usul Jungkook yang di balas anggukan antusias oleh Jimin.

~^The Last Chance^~

Berbagai wahana telah di coba, hingga akhirnya berhentilah mereka disini. Disebuah cafe minimalis tapi terkesan santai, dan cocok untuk menghabiskan waktu bersama orang tersayang. Berbagai macam benda-benda mereka beli dan dapatkan dari berbagai permainan yang ada.

"Habis ini mau pulang atau mau jalan-jalan dulu?" Jungkook menatap Jimin yang tengah menghabiskan cangkir machiato ke-3nya. Jimin nampak berpikir hingga sebuah senyuman terukir di wajahnya.

"Ayo ke taman tadi lagi sampai malam. Lalu, kita pulang!"

"Baiklah, ayo kita berangkat."


~^The Last Chance^~


Jimin dan Jungkook terlihat duduk di bawah pohon, tanpa alas apa pun. Menatap langit senja, yang berwarna oranye keemasan. Menikmati hembusan angin sepoi-sepoi yang membelai rambut dan pipi mereka. Bertautan tangan sambil menikmati moment tenang yang terkesan romantis. Tak ada sepatah kata pun yang terlontar dari bibir mereka. Mereka saling asik dengan pikiran masing-masing.

Perlahan demi perlahan, matahari mulai menyembunyikan sinarnya. Berganti dengan sang rembulan yang akan menghiasi langit. Bersama dengan tenggelamnya matahari, Jimin menoleh ke arah Jungkook.

"Kookie, ayo pulang. Matahari sudah terbenam." Jungkook menoleh, ia mengangguk dan berdiri. Ia mengulurkan tangannya untuk membantu Jimin berdiri. Mereka berjalan beriringan. Tak lupa tangan mereka saling bertautan. Menggenggam erat seakan-akan takut jika genggaman itu terlepas dan mereka terpisah. Terpencar begitu jauh. Dibatasi oleh ruang dan waktu.

Walau pada akhirnya ketakutan mereka itu menjadi nyata. Tak terasa setelah lama mereka berjalan, sampailah mereka di depan kediaman keluarga Park. Rumah yang terlihat tidak terlalu besar, dengan desain perpaduan antara masa Eropa kuno dan modern.

"Eum, Kookie. Aku pulang dulu ne. Gomawo untuk hari ini. Hati-hati di jalan." Jimin tersenyum, ia menghampiri Jungkook dan mengecup pipinya.

"Ne, masuklah." setelah melihat Jimin menghilang di balik pintu rumahnya, Jungkook berjalan kearah sebaliknya. Berjalan pulang menuju apartment sunyi, dengan penuh kenangan di dalamnya.

~^The Last Chance^~

Jungkook menggeliat, sinar matahari masuk dari gorden jendela yang terbuka lebar. Ia mengerjapkan matanya, membiasakan matanya dari biasan cahaya yang masuk. Setelah ia sadar penuh, ia merasakan pelukan hangat, dan dengkuran halus. Ia melihat sang kekasih, Jimin memeluknya erat. Mungkin namja itu ingin membangunkannya tapi malah tertidur disampingnya.

Jungkook mengelus rambut Jimin perlahan, menyibak poni yang menghalanginya menatap wajah manis dan damai Jimin ketika namja itu tertidur. Jimin mengerang pelan, tanda bahwa ia terbangun dari tidur lelapnya.

"Eung? Kookie sudah bangun?" Jimin mengubah posisinya menjadi duduk, dan mengucek matanya. Jungkook tersenyum dan mengangguk. "Kookie, Kookie~ kita habiskan waktu di apartmentmu seharian ya~" ujar Jimin sambil tersenyum manis.

"Baiklah, Minnie. Ayo kita sarapan dulu." ujar Jungkook lembut. Ketika Jungkook akan beranjak dari tempat tidurnya, sebuah tangan menahan lengannya.

"Minnie yang buat sarapannya ne~" Jungkook hanya terkekeh dan mengangguk. Ia menyusul Jimin yang sudah pergi terlebih dahulu menuju dapur. Jungkook menatap punggung Jimin. Melihat namja itu sibuk membuat sarapan untuk mereka.

Tak lama kemudian..

"Tadaaa~ omelette buatan Minnie, spesial untuk Kookie!" Jungkook menatap omelette buatan Jimin. Ia tidak peduli bagaimana rasanya, dengan cepat ia langsung menyambar sepiring omelette itu dan memakannya. Jimin duduk di hadapan Jungkook menunggu jawaban Jungkook tentang masakannya.

"Whoaa~ ini sangat lah lezat. Aku suka ini." Jungkook memakan omelette itu dengan lahap. Jimin tersenyum senang lalu ia pun mulai memakan omelette buatannya itu. Tiba-tiba ia terdiam.

"Kookie, mengapa tidak jujur saja? Ini terlalu asin, bagaimana kau bilang ini lezat?" air mata Jimin hampir menuruni kedua pipinya. Jungkook menatap Jimin.

"Kau telah susah payah membuat ini, dan aku tau kau membuat ini penuh perasaan, kasih sayang. Aku tidak mau membuat hatimu sedih. Lagi pula, aku kan suka makanan yang asin." ujar Jungkook. Jimin hanya diam tanpa memberi respon apapun. Jungkook menghela nafasnya. "Sudah tidak apa-apa kok sayang. Aku memang menyukainya, walau ini sangat asin. Aku menghargai usahamu, lagi pula ini memang enak. Aku jujur kok." ucap Jungkook.

Jimin menatap Jungkook dengan mata berbinar. "Benarkah? Baguslah kau tidak membenci masakanku yang tidak enak ini." Jimin mempoutkan bibirnya. Jungkook terkekeh dan menggeleng.

"Tidak sayang, itu tidak akan terjadi."
"Ya sudah, mari cepat selesaikan acara makan ini." Jimin mendengus kesal. Jungkook terkekeh dan hanya menurut pada Jimin.

~^The Last Chance^~

Berjam-jam mereka habiskan waktu tanpa melakukan hal yang berarti. Menonton TV, bermain kejar-kejaran, dan berbagai hal lainnya mereka lakukan. Hingga malam pun telah tiba. Jimin dan Jungkook hanya berdiam diri di kamar, tiduran sambil memeluk satu sama lain.

"Masih belum ngantuk hm?" Jungkook mengelus rambut Jimin, sambil menatap Jimin. Jimin menggeleng pelan. Jungkook terus menatap Jimin, "Terus apa yang ingin kita lakukan sekarang?"
Jimin menatap Jungkook.

"Mau di manjain, Kookie~" Jimin menatap Jungkook dengan wajah polosnya. Jungkook terkekeh sambil tetap mengelus rambut Jimin.

"Memangnya ini belum termasuk manjain, hm?"
"Termasuk kok~"
"Lalu, ingin di manjain seperti apa?"
"Ingin di cium-cium.. lalu dinyanyikan, di elus rambutnya, dan di tepuk-tepuk."
"Aigoo manjanya~" Jungkook memeluk Jimin sambil menciumi pipi Jimin. "Ingin di nyanyikan lagu apa, hm?"
"Lagu... Di Ujung Jalan." Jungkook mengernyitkan dahinya. Ia pun duduk dan mengambil smartphonenya. Mengetikkan kata-kata dengan lincah di atas keypad dan mencari lagu yang di maksudkan Jimin.
Jimin menunggu dengan sabar, akhirnya Jungkook menemukan lagu yang di maksud oleh Jimin.

Tuhan kembalikan segalanya tentang dia seperti sedia kala
Izinkan aku tuk memeluknya mungkin tuk terakhir kali
Agar aku dapat merasakan cinta ini selamanya

Ketika malam telah tiba
Aku menyadari kau takkan kembali...


Jimin tersenyum senang. Ia memeluk Jungkook. Selama beberapa saat Jungkook mencari arti dari lagu itu. Membaca dengan seksama, perasaannya terasa sakit begitu mengetahui arti lagu itu.

"Minnie kenapa? Sedang sedih?" tanya Jungkook.
Jimin mengangguk. Ia menundukkan kepalanya. "Iya.. sedih..."
"Ada masalah apa Minnie?"
"Lagu itu.. mengingatkan Minnie, kalau nanti Minnie bakal kehilangan Kookie. Mau bagaimana pun Minnie minta, Kookie tidak akan kembali."
Perasaan sakit menghujani hati Jungkook mendengar perkataan Jimin. Bagaimana pun ia harus tetap terlihat tegar. Jungkook memegang bahu Jimin.
"Jika takdir menginginkan kita berpisah, apa yang bisa kita lakukan? Jikalau kita berjodoh, apa pun masalahnya kita pasti bisa kembali seperti semula." Jimin menggelengkan kepalanya perlahan.
"Tetap saja itu tidak mungkin. Bagaimana pun caranya itu tidak mungkin, Kookie."
"Jangan katakan tidak mungkin. Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin. Jika kita di takdirkan bersama, walau telah terpisah berpuluh tahun pun, kita pasti bisa kembali. Kembali seperti sekarang ini." Jimin terdiam. Jungkook memeluk Jimin erat. Perasaannya semakin berat. Ia semakin tak mampu melepas Jimin.

"Sudah ya, chagi. Jangan sedih lagi." Jungkook mengelus punggung Jimin. Jimin mengangguk pelan.
"Ya sudah, ayo kita tidur Kookie." dengan posisi yang sama mereka berbaring. Tanpa melepas pelukan antar satu sama lain.

Sungguh, ia masih belum siap jika esok ia sudah tak bisa melihat senyum manis Jimin di pagi hari yang selalu membangunkannya. Tawa ceria nya, sifat menggemaskannya. Jungkook tidak siap. Jungkook menatap wajah Jimin yang sudah terlelap. Esok, ia tak akan melihat wajah itu lagi.

Esok, hubungan mereka akan berakhir. Ia berharap jika ia dapat memutar balikkan waktu. Mendapat satu kesempatan terakhir. Dimana ia benar-benar siap untuk melepas Jimin.


~^The Last Chance^~

Sinar mentari pagi masuk menerangi kamar Jungkook. Ia pun terbangun dari tidur lelapnya. Ia tak menemukan sosok sang kekasih. Yang ia temui hanya sepucuk surat di nakasnya. Jungkook membaca surat itu dengan seksama.


Dear, My Love Kookie
Thank you, buat 2 hari terakhir kita.
Aku sangat bahagia. Kau telah memberi kenangan yang begitu indah.
Aku tak yakin aku dapat melupakanmu dengan mudah.
Haha, kau tau kan aku ini bagaimana.
Maafkan aku yang langsung pergi. Aku bahkan tak sempat mengucapkan salam perpisahan secara langsung.
Orang tuaku, sudah menjemputku sebelum kau bangun.
Maafkan aku, aku gagal mempertahankan hubungan kita.
Maafkan aku, yang mungkin sering membuatmu jengkel.
Tapi, bolehkah kuminta satu hal padamu?
Jika kau menemukan penggantiku, jangan lupakan aku.
Jangan lupakan aku, tapi jangan jadikan kenangan kita beban untukmu, membuatmu sulit mencari penggantiku.
Dari sini aku akan selalu memperhatikanmu, mendoakanmu dari jauh.
Thank you for all, Kookie.
Goodbye My Love

With Love,
From : Jiminnie

Jungkook terdiam. Perlahan, bulir air mata mengalir. Ia meremas kuat kertas surat itu hingga tidak berbentuk.

"Arrgghh!!!" Jungkook mengacak semua barangnya. Melemparnya ke segala arah. Ia jatuh terduduk di kasurnya. Pandangannya kosong. Ia mengambil handphonenya dan menghubungi orang terdekatnya.

~^Restore Time^~

"Kook, kau yakin? Kemungkinan dia meminta jaminan yang besar." ucap Yoongi khawatir. Ia tak tau apa yang akan di korbankan Jungkook demi mengembalikan waktu, agar dapat bersama Jimin sekali lagi. Walau bertemu hanya sebentar, bahkan hanya beberapa menit.

"Kook, yakin kan dirimu. Kau masih bisa bertemu Jimin di suatu saat nanti. Tak perlu sampai seperti ini." lanjut Taehyung.

"Hyungdeul, aku yakin." ucap Jungkook mantap. Ia memasuki bangunan kuno itu dan pergi menemui seseorang di dalamnya.

Terlihat seorang pria tua, menatapnya. "Kau yakin dengan pilihanmu, anak muda? Jalanmu masih panjang." Jungkook mengangguk.

"Saya yakin. Demi bertemu kekasih saya, jika saya harus mengorbankan nyawa demi bertemu dia sekali lagi." ucap Jungkook mantap. Pria tua itu mengangguk sembari memberikan kertas kontrak bahwa ia memegang kata-katanya.

Jungkook pun menandatangani surat kontrak tersebut. "Kau boleh pergi keluar, seseorang menunggumu disana." tanpa berpikir panjang Jungkook segera keluar. Ia menemukan Jimin disana, tersenyum kepadanya dan merentangkan tangannya meminta Jungkook memeluknya.

Taehyung, Namjoon dan Yoongi pun dapat melihat Jimin, tapi mereka tau, itu bukanlah Jimin yang asli, melainkan hanya sosok bayangannya.

Jungkook memeluk -bayangan- Jimin dengan erat. Air matanya mengalir lagi.

"Kookie.."
"Minnie.. Aku ingin mengatakan sesuatu padamu."
"Heum? Katakan saja.."
"Terima kasih atas segala kenangan yang kau berikan, Semua moment indah yang terjadi di antara kita. Baik sedih maupun senang. Aku sangat bahagia dapat mengenal dan bertemu denganmu. Walau ini adalah kesempatan terakhirku bertemu denganmu. Aku sangat menyayangimu. Aku tidak sanggup kehilanganmu. Bahkan, cara ini pun kutempuh agar aku dapat bertemu denganmu. Mengucapkan salam perpisahan. Sekarang, aku baru bisa merelakan hubungan kita berakhir. Selain hubungan kita berakhir, kita juga tidak akan bertemu lagi. Karena, nanti... kita sudah berada di alam berbeda. Lanjutkan hidupmu, jangan lupakan aku." Jungkook memegang pipi Jimin. Perlahan ia mendekatkan wajahnya ke wajah Jimin. Memberi sebuah ciuman hangat untuk terakhir kalinya.

Sebuah ciuman lembut, tanpa nafsu, dan penuh perasaan. Seiring dengan lamanya mereka berciuman, bayangan keduanya pun perlahan menghilang. Hingga akhirnya, bayangan Jimin dan Jungkook pun menghilang. Jungkook telah tenang di alam sana.

Ke-3 temannya menangis melihat kejadian tersebut, dan segera menghubungi Jimin. Mereka bertemu, Taehyung, Namjoon, dan Yoongi menceritakan semua yang terjadi. Jimin shock mendengarnya. Ia menangis sekencang-kencangnya. Ia benar-benar merutuki dirinya.

Tanpa mereka sadari sesosok bayangan yang tak dapat mereka lihat memandang ke arah mereka ber-4. Ialah Jungkook.

"Jiminnie, teruskan hidupmu. Jangan tangisi aku, dan biarkan aku menjadi mimpi terindahmu. Biarkan aku tenang. Jangan kuras air matamu, itu membuatku sakit. Maafkan aku memilih cara ini. Saranghae, Park Jimin..." seiring dengan itu pun bayangan Jungkook menghilang, meninggalkan ke-4 orang yang pernah berarti baginya.


F.I.N

Oke~ akhirnya sudah tamat cerita ini~ author tak kan banyak ngomong. cuman nitip Author Note di bawah nih vvvv

A/N : FF ini ada beberapa scene di ambil dari kisah author di Roleplay World. Endingnya ga true begitu kok. Maafkan alur yang mungkin terlalu cepat atau cerita sulit dipahami. Hanya beberapa orang yang benar-benar bisa mengerti maksud FF ini.

The Last Chance || CHAP 1 || TWOSHOOT FANFIC

Title       : The Last Chance
Author   : Black Ave
Genre     : Romance, Hurt/Comfort, Angst
Cast        : BTS Member
Pair        : KookMin
Rate       : T
Sumarry : Walau tak bisa mengembalikan waktu, selama bisa bertemu denganmu untuk sekali lagi tak apa. Jika perlu mengorbankan nyawaku pun aku akan rela.



~Happy Reading~







~Don't Like Don't Read~









"Pagi Kookieee~" panggil seorang namja bernama Park Jimin. Sedangkan, yang di panggil 'Kookie' masih bergelut dalam selimutnya. Namja itu -Jimin- mempoutkan bibirnya. "Yaa! Kebo! Ayo bangun! Dasar pemalas!" Jimin menatap Jungkook yang masih tertidur sambil berkacak pinggang di dekat Jungkook, sang kekasih yang masih tertidur.

"Berisik sayang. Masih ngantuk tau.." Jungkook membenamkan wajahnya di bantal. Jimin menggoyang-goyangkan tubuh Jungkook. Ia tidak akan menyerah sebelum Jungkook bangun.

"Ayo bangunn~ sudah pagi begini." Jimin semakin kesal melihat Jungkook yang sama sekali tak mengubrisnya. Tiba-tiba..

Grep!

Jimin mengerjapkan matanya. Masih terkejut atas kejadian yang baru saja terjadi. Jungkook tiba-tiba menarik tangannya membuatnya jatuh ke kasur lalu memeluknya seperti sebuah guling. "Temani aku tidur ya." ucap Jungkook. Jimin mempoutkan bibirnya lagi. Ia hanya mengangguk pasrah sembari memeluk Jungkook.

~^The Last Chance^~

Sore pun menjelang. Terlihat sepasang kekasih yang tengah menikmati waktu-waktu bersama mereka. Terlihat keduanya sedang asik di sofa. Bercengkrama, bercanda, menghabiskan waktu bersama-sama hingga larut malam.

"Kookie~ gendoong~" ujar Jimin sambil merentangkan tangannya. Jungkook yang melihat kelakuan Jimin yang kekanakan itu terkekeh pelan. Kemudian Jungkook berjongkok.

"Ayo naik," Jimin pun naik ke punggung Jungkook dan memeluk leher Jungkook. "Mau kemana hm?" tanya Jungkook.

Jimin membuat pose seakan sedang berpikir, ia meletakkan jari telunjuknya di dagu dan memasang mimik wajah layaknya orang berpikir. "Umm... ke hati Kookie~" jawab Jimin dengan wajah polosnya. Sontak hal tersebut membuat Jungkook tertawa. Jimin mempoutkan bibirnya. "Kenapa tertawa?" tanyanya.

"Kalau mau ke hati Kookie kan sudah Minnie." jawab Jungkook. Jimin hanya mengangguk, sepertinya ia berpikir lagi.

"Hum... jinjja jinjja?" tanya Jimin sambil menatap Jungkook. Jungkook mengangguk sambil tersenyum.

"Ne jinjja, Minnie." Jimin tersenyum senang. Lalu memeluk Jungkook serta menyandarkan kepalanya pada bahu Jungkook. Jungkook mengarahkan tangannya untuk mengelus rambut Jimin.

"Kookie, Kookie~ ayo ke kamar saja. Aku mau istirahat." ujar Jimin. Jungkook mengangguk lalu berjalan ke kamar mereka. Jungkook merebahkan Jimin di kasur lalu bergabung berbaring bersama Jimin. Jimin memeluk Jungkook. Jungkook menoleh lalu mengelus punggung Jimin.

"Sudah mau tidur hm?" tanya Jungkook. Jimin menggeleng pelan.

"Masih mau bersama Kookie~"
"Aigoo.. masih ada hari esok sayang."
"Tidak mau. Pokoknya mau sama Kookie.."
"Baiklah, baiklah." Jungkook mencium pucuk kepala Jimin. Keduanya terdiam. Menikmati kesunyian yang mereka ciptakan. Hingga akhirnya Jimin masuk ke dalam alam mimpinya lebih dulu. Jungkook yang melihat hal tersebut tersenyum tipis dan mencium kening Jimin. "Good night, baby. Love you." Jungkook mendekap Jimin dan ke duanya memasuki alam mimpi masing-masing.


~^The Last Chance^~

Begitulah setiap hari rutinitas Jimin dan Jungkook, lebih banyak menghabiskan waktu bersama. Walau Jimin lebih tua 2 tahun dari Jungkook itu bukan lah hal yang mereka permasalahkan. Saat ini Jungkook menduduki kelas 2 SMA. Sedangkan Jimin sudah kuliah dan sebentar lagi akan menuntaskan pendidikannya di jenjang kuliah.

Jimin termasuk murid yang pintar, walau tak jarang juga ia banyak absen dari kelas karena menghabiskan waktu bersama Jungkook. Begitu pula, Jungkook. Tak jarang juga ia melewatkan beberapa hari tanpa masuk sekolah.

Saat ini mereka menghabiskan waktu dengan teman-teman mereka yaitu, Namjoon, Yoongi, Taehyung, Hoseok. Ada pula adik dari Jimin, Hyeri. Keluarga Jimin maupun Jungkook tak ada yang mengetahui hubungan ke duanya. Hubungan mereka termasuk hubungan terlarang. Dan, pasti keluarga mereka tak akan merestuinya.

Tapi, bersyukurlah, adik Jimin, Hyeri masih dapat di andalkan untuk menjaga rahasia kisah cinta keduanya.

"Bagaimana hubungan kalian? Masih aman-aman saja kan?" tanya Namjoon. Jungkook dan Jimin mengangguk sembari menyeruput teh hangat mereka.

"Baguslah, setidaknya keluarga kalian tidak curiga kan?" lanjut Taehyung. Jungkook tersenyum lalu menggeleng.

"Kalian tenang saja, kami tidak apa-apa kok. Hubungan kami baik-baik saja." jawab Jungkook.

"Kau tau, beberapa anak di sekolah sudah tau kau gay, dan well.. mereka menjelek-jelekkanmu. Kau tak takut reputasimu sebagai Primadona Sekolah hancur?" tanya Yoongi.

"Yang memiliki hubungan adalah kami, apa pun kata orang, aku tidak peduli. Karena yang menjalani ini adalah kami, bukan mereka." balas Jungkook, ia menoleh ke arah Jimin yang menunduk sambil tersenyum.

"Aku sangat kagum pada kalian. Kalian hebat, dapat menjalani hubungan seperti ini. Harus backstreet, menyiapkan puluhan bahkan ratusan alasan untuk menyembunyikan hubungan kalian." ujar Hyeri.

Mereka tertawa. Mungkin saat itu mereka bisa bersenang-senang, bahagia, tanpa mengetahui apa hal buruk yang akan menghampiri mereka.


~^The Last Chance^~


Di Kediaman Keluarga Park..


"Hyeri-ya!" panggil sang appa. Hyeri yang baru pulang segera menghampiri appanya.

"Ne appa? Wae? Apa ada masalah?" tanya Hyeri bingung. Sang appa melempar sebuah amplop coklat ke meja.

"Dimana oppamu itu? Dan apa maksud foto-foto itu?" Hyeri bingung, dan ia mengambil amplop tersebut. Sungguh terkejutnya Hyeri melihat isi foto-foto dalam amplop itu. Ia benar-benar merutuki orang yang tega-teganya mengambil foto itu. Hyeri menunduk, ia tak sanggup berkata-kata.

"Hyeri, katakan saja.. kami hanya ingin tau dimana keberaadaan Jimin." ujar sang eomma lembut. Hyeri pun dengan terpaksa memberitatahu tentang Jimn sang kakak, apa yang ia lakukan dan sebagainya.

Mendengar penjelasan Hyeri, appa dan eomma mereka terlihat shock dan terdiam mendengarkan Hyeri. Sang appa hampir saja ingin pergi menemui Jimin dan memarahi sang anak. Mereka tak habis pikir, anak yang mereka banggakan ternyata seorang gay.

"Sudahlah appa, Tenangkan emosimu. Kita selesaikan ini baik-baik. Hyeri, tolong kau temui kakakmu, dan suruh agar ia cepat pulang ya." ujar sang eomma. Hyeri hanya bisa pasrah dan menuruti perintah sang eomma.


~^The Last Chance^~


Ting tong..
Ting tong..

Bunyi bell apartment Jungkook, membuat pemuda itu terpaksa beranjak dari sofa nyamannya dan berjalan menuju pintu untuk menemui sang pengganggu kegiatannya bersama Jimin.

Cklek.

"Loh, Hyeri? Ada apa kemari?" tanya Jungkook yang sedikit terkejut melihat kedatangan Hyeri. Pasalnya, yeoja itu tak akan datang jika bukan karena masalah penting.

"Bolehkah aku menemui Jimin oppa?" balas Hyeri sambil menunduk. Jungkook mempersilahkan Hyeri masuk. Hyeri masuk dan menceritakan kejadian di rumah tadi kepada Jungkook dan Jimin. Ia menangis tersedu-sedu, seakan semua hal ini terjadi karena kesalahannya.

"Hyeri, ini bukan salahmu. Tenang saja. Aku akan menemui appa dan eomma untuk menjelaskannya." Jimin menepuk pundak Hyeri, tersenyum dan memberi harapan pada Hyeri.

"Tidak akan terjadi hal buruk. Kau jangan khawatir ok." Jungkook tersenyum,

Jungkook's POV

Sejujurnya, aku pun khawatir setelah mendengar cerita dari Hyeri. Aku bertanya-tanya, siapa orang yang mengirimkan amplop berisi foto-foto kebersamaanku dan Jimin hyung? Aku tau, sekeras apapun Jimin hyung memohon, aku sudah tau pasti bagaimana akhir dari kisah kami.

Dari sini, aku hanya mampu tersenyum, menunjukkan bahwa semuanya tidak apa-apa. Hanya perlu menutupi rasa sedih yang teramat dalam. Berpura-pura tegar agar mereka tidak khawatir. Karna aku tau, masalah ini sudah menjadi beban pikiran mereka, belum lagi jika aku terlihat sedih. Itu akan menambah beban mereka.

Jungkook's POV End

"...Kook?" panggil Jimin. Jungkook tersadar dari lamunannya, ia menoleh ke arah Jimin.

"Ah, iya? Ada apa Minnie?" tanya Jungkook. Jimin mempoutkan bibirnya.

"Daritadi aku memanggilmu tau. Aku mau pamit pulang ne." Jungkook hanya mengangguk. Jimin mempoutkan bibirnya lagi. "Tidak ingin mengatakan sesuatu? Huh, ya sudah. Bye~" Jimin berjalan ke arah pintu.

Grep!

Jimin maupun Hyeri berhenti. Jimin menoleh dan tersenyum tipis melihat Jungkook memeluknya. Jimin mengelus tangan Jungkook. "Ada apa hm?" tanya Jimin.

"Hati-hati di jalan ne. Apapun yang terjadi nanti terima apa adanya ne. Hubungi aku sebisa dan sesegera mungkin." bisik Jungkook. Jimin membalik badannya. Ia langsung memeluk Jungkook erat. Jimin mengangguk. Perlahan, dengan perasaan tak rela, Jimin melepas pelukannya.

"Aku pulang dulu ya..." pamit Jimin. Jungkook mengangguk dan tersenyum. Ia melambaikan tangan pada Jimin yang telah menghilang di balik pintu apartmentnya.


~^The Last Chance^~


Brak!

"Kau tau tidak apa kesalahanmu, hah?" sambutan yang sangat tidak mengenakkan terdengar dari kediaman keluarga Park. Jimin hanya menunduk dan mengangguk pelan. Bahkan ia tak berani menatap sang appa.

"M-maaf appa.. a-aku.." Jimin menggantungkan kata-katanya. Air matanya hampir saja jatuh dan mengalir di kedua pipinya. Sang eomma berusaha menenangkan Tuan Park yang tengah emosi.

"Sudahlah yeobo. Kau tau kan cinta itu buta, biarkan ia memilih orang yang ia cintai asal ia bahagia. Lagi pula, Jungkookie kan teman baik Jimin sejak kecil. Ia tidak akan menyakiti Jimin." ucap sang eomma bijak.

"Tapi, kenapa harus sesama namja? Banyak yeoja yang bisa ia pilih! Ini benar-benar memalukan! Menjatuhkan nama keluarga kita!" Jimin semakin menundukkan kepalanya. "Mulai besok, kau harus masuk kuliah! Dan ingat! Kau tidak boleh bertemu dengan Jungkook! Setelah kau lulus, appa akan memindahkanmu ke USA. Appa tidak menerima penolakan!" Jimin memberanikan diri menatap sang appa.


T.B.C


~~~~~

Hanya butuh review, saran dan kritik yang membangun '-')b Maaf sudah lama tak post FF disini~ T.T maafkan author, reader-nim~~ *bungkuk* oke lebay -.- Dun be a silent readers pleajeeuuu/?

Thursday, January 8, 2015

Blue Tomorrow

Author : Black Ave
Pair : Fang x BoboiBoy
Genre : Hurt/Comfort, Romance
Rate : T
Warn : No Melayu, OOC, Boys Love, Shounen-Ai, YAOI
Disclaimer : Karakter milik animonsta, cerita punya saya. DILARANG KERAS COPAS CERITA TANPA IZIN. Jangan plagiat, itu haram :v
Summary : Esok, engkau sudah tidak ada bersamaku lagi. Esok sudah tak ada pertengkaran di antara seperti dulu. Aku akan sangat merindukan kejadian-kejadian itu.



A.N : dengarkan lagu SJ M - Blue Tomorrow ya biar dapet feelnya :3




Dont like, Dont read.


Happy Reading~







Pagi hari yang cerah, seorang pemuda baru terbangun dari tidur lelapnya. Ia diam tak bergeming dari kasur yang tengah ia duduki. Ia menatap sendu ke sebuah bingkai foto yang terletak di sebelah mejanya. Tampak 5 orang berfoto dengan senyum riang bertengger diwajah mereka. Pemuda itu tersenyum miris. Mengingat kejadian yang tak akan pernah dia lupakan.


~Flasback : September 2014~


"Perkenalkan! Robot Boboiboy!" terlihat ada alien berwajah kotak dengan kulit bewarna hijau menyeringai. Ditemani dengan sebuah robot bewarna ungu yang tertawa senang.

"Sudah kuduga! Dia benar-benar sudah berubah jadi jahat kembali!" ucap seorang perempuan dengan jilbab bewarna pink muda.

"Hoi, kepala kotak! Apa mau kau, hah?!" kata seorang perempuan yang dengan topi kuningnya. "Mauku? Tentu saja mengalahkan Boboiboy! Huahahaha~" tawa nya. Orang yang di maksud pun berjalan mendekati alien yang bernama Adu Du itu.

"Adu Du, maafkan lah aku. Aku benar-benar tidak sengaja melukai Ibumu." kata Boboiboy dengan raut wajah sedih. Adu Du mendengus. "Tidak sengaja?! Omong kosong! Kau akan merasakan akibatnya, Boboiboy!! Serang dia!!" Adu Du memerintahkan Probe dan Robot Boboiboy menyerang Boboiboy.

"Harimau bayang!!" Fang pun membentuk harimau bayangan, dan memerintahkan Harimau tersebut untuk melawan Probe. "Aku akan melindungimu." Fang melirik Boboiboy yang di belakangnya. Boboiboy tercengang. Tak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Boboiboy pecah tiga!" Boboiboy menggunakan kekuatan tertinggi yang ia mampu saat ini. "Aku akan membantumu!" Boboiboy berdiri di sebelah Fang. Robot Boboiboy itu pun juga memecah tubuhnya menjadi 3 dengan kekuatan berbeda-beda.

"Hahahahahaha!!! Kalian tak akan dapat mengalahkannya!!!" Adu Du tertawa kejam. Perperangan pun tak dapat di hindari. Teman-teman Boboiboy pun banyak mengalami luka-luka yang tak dapat dikatakan sebagai luka ringan juga.

Boboiboy pun kembali bersatu. Ia sudah tak kuat untuk bertarung lagi. "Bola molekul!!" Gopal pun mengarahkan jarinya ke Robot Boboiboy tersebut. Tapi ternyata kekuataan Gopal tak cukup kuat untuk mengubah Robot Boboiboy menjadi benda lain.

Fang pun mencoba menghampiri Boboiboy. "Boboiboy, bertahanlah!!" Fang memangku kepala Boboiboy di pahanya. Ia menggenggam erat tangan Boboiboy.

"Fang..... ber...juanglah...jangan.... hirau...kan....aku.... aku tak.. apa-apa..." ucap Boboiboy terputus-putus. Terdengar tawa Adu Du yang keras.

"Hoi, kepala kotak! Kami tak akan memaafkanmu!!!" ucap Ying. Dengan sekuat tenaga ia berusaha berdiri. "Lari cepat!!!" Ying pun berlari ke arah Adu Du. Probe dengan sigap berdiri di hadapan Tuannya dan pada akhirnya serangan Ying pun dapat di tahan.

"Aku... tak bisa membiarkanmu begini. Walau kita ini rival, kau telah menjadi bagian dari orang yang selalu hadir dan mewarnai hidupku selain teman-teman kita. Dan.... mungkin ini saatnya untuk mengakuinya...." Fang menggantungkan kata-katanya.

Gopal berniat memanggil Fang untuk membantu bertarung tetapi, Yaya menahannya. "Biarkan dulu. Setidaknya jangan sampai Adu Du ataupun komplotannya dapat menyerang Boboiboy dan Fang." ucap Yaya dengan sedikit berbisik. Gopal pun mengangguk dan akhirnya ia bergabung untuk melawan Robot Boboiboy dan Probe.

"Fang... jangan pedulikan aku... mari kita bertarung.." Boboiboy pun mencoba berdiri. Fang tertegun. Dia pun membantu Boboiboy untuk bangkit.

"Boboiboy pecah tiga!!!" Boboiboy memecah dirinya menjadi tiga, mereka pun bersama-sama menyerang Robot Boboiboy dan Probe. Sayangnya, setiap serangan yang mereka lakukan dapat di tangkis oleh Robot Boboiboy. "Boboiboy!!! Jangan gunakan kekuatan itu lagi!! Keadaanmu sudah melemah!!!" teriak Ochobot. Namun, apa daya.. Boboiboy tidak akan mendengarkannya.

Pertarungan sengit pun tak dapat di elakkan. Boboiboy pun kembali menjadi satu. Seketika tubuhnya ambruk, namun ia tetap dalam keadaan sadar. Fang orang yang paling pertama menghampirinya. "Boboiboy! Kau tidak apa-apakan?" Ia memangku kepala Boboiboy sambil menatap khawatir pada Boboiboy. Boboiboy hanya tersenyum. Sebulir air mata pun menetes, mengaliri wajah tampan Fang.

"Dalam keadaan ini pun kau masih tersenyum. Dasar bodoh!" Fang berusaha agar suaranya tak terdengar bergetar. Pada akhirnya pun, dia gagal. Boboiboy meraih pipi Fang, dan menghapus jejak air matanya.

"Jangan.. menangis untukku... mungkin... ini balasan yang pantas... karena aku telah...menyakiti Ibu Adu Du.. aku...terima...Adu Du.. maafkan lah aku..." suara Boboiboy terdengar lirih. Ia menatap sendu kepada Adu Du.

"Sampai kapanpun aku tak akan memaafkanmu, Boboiboy!!" gertak Adu Du. "Adu Du.. maafkan lah, Boboiboy. Ibumu pun tidak sampai separah ini kan lukanya.." ujar Yaya. Gopal, Ying, dan Yaya menatap Adu Du dengan tatapan memelas.

"Huhuhu... ini adegan yang sangat menyedihkan." Probe pun menangis karena ini. Dan...

Bletak!

Adu Du menimpuk Probe dengan gelas. "Hoi! Kau ini penjahat! Jangan nangis bodoh!" geram Adu Du.

"Boboiboy.. kau tidak salah.. alien jahat itu yang salah! Ia tak seharusnya melukaimu seperti ini!" balas Fang. Fang menggenggam tangan Boboiboy yang berada di wajahnya. Boboiboy kembali tersenyum.

"Fang.. mugkin.. ini terakhir kalinya kita....bertemu.." ucap Boboiboy. Tatapannya semakin lama menjadi semakin sayu. "Boboiboy!! Jangan berkata seperti itu!!" teriak Gopal. Gopal pun menitihkan air matanya.

"Gopal...Yaya...Ying.. terima kasih.. telah mau menjadi...temanku..." tangan Boboiboy yang semula berada di wajah Fang kini jatuh lemas. Boboiboy menatap satu per satu teman-temannya. Ia pun menatap Fang.

"Aku tau ini salah.. tapi, Fang.. jika aku..masih berkesempatan untuk....merasakan kehidupan lagi...setelah ini...aku...sangat ingin... dapat akrab denganmu.... dan menjadi...orang yang....lebih dari sekedar temanmu.. aku.....mencintai...mu....Fang..." setelah ucapannya itu, perlahan mata Boboiboy tertutup.

"Bodoh!! Bodoh!!! Aku... Aku pun... juga mencintaimu, Boboiboy..." air mata Fang mengalir di pipinya yang mulus. Fang memeluk erat jasad Boboiboy. Fang menunduk lesu. Gopal, Yaya, dan Ying pun menangis melihat momen menyedihkan ini. Kilatan marah terlihat di mata Fang.

Ia memejamkan matanya, perlahan asap hitam muncul di sekelilingnya. "Hahahahaha!!! Hancurkan dia!!!!" perintah Adu Du. Sebuah bola bewarna ungu mengelilingi Fang, melindungi tubuhnya dan tubuh Boboiboy. Segala serangan yang di lancarkan Probe dan Robot Boboiboy tidak ada yang mempan kepadanya.

Dengan perlahan Fang meletakkan kepala Boboiboy di tanah. Ia pun bangkit dari posisinya. Kilatan merah nampak di kacamatanya.

"Aku tak akan memaafkanmu Adu Du! Naga bayang!!!" langit pun menjadi gelap. Fang menggunakan kekuatan terkuatnya. Seekor naga hitam muncul dari langit yang gelap. "Serang mereka!!!!" Naga bayangan itu menghisap Adu Du, Probe dan Robot Boboiboy itu.

"FANG!!! HENTIKAN!!!" teman-temannya beserta Ochobot berteriak untuk menghentikan Fang. Tapi, apa pun yang mereka lakukan tidak akan dapat mengganggu seorang Fang.

Naga bayangan tersebut pun memakan Adu Du dan teman-temannya. Mereka pun mati di telan naga bayangan. Dan setelah itu naga itu pun hilang.

Kilatan merah yang sebelunya terdapat d kacamata Fang pun menghilang. Tubuh Fang pun kelelahan dan ambruk di sebelah orang yang ia cintai.

^Fang's POV^

Aku terdiam. Amarahku memuncak. Aku tidak dapat membiarkannya. Aku akan membalasnya untukmu, Boboiboy.

Sebuah perisai berbentuk bola bewarna ungu mengelilingiku. Serangan yang di lancarkan Probe dan Robot Boboiboy itu tidak ada yang berefek padaku.

"Aku tak akan memaafkanmu, Adu Du! Naga bayang!!!" Aku pun memanggil naga bayangan untuk menyerang mereka.

"FANG!!! HENTIKAN!!!" kudengar teman-temanku berteriak. Aku tak memperdulikan mereka. Aku akan membalas dendamku. Adu Du telah menghilangkan ORANG YANG SANGAT KUCINTAI! Aku tak akan memaafkannya. Mengingatnya amarahku semakin memuncak.

Setelah naga bayangan menghabisi mereka, tubuhku pun terasa mulai lemas. Aku jatuh ambruk. Aku tak tau apa lagi yang terjadi.

Untukmu, Boboiboy.. esok.. kita tidak akan bertengkar lagi. Esok, aku tak akan melihat senyummu. Esok, aku tidak akan melihat wajah manismu, mendengarkan suara riangmu. Tapi.. izinkan aku untuk tetap menyimpan perasaan ini sampai seumur hidupku.

Kesadaranku perlahan menghilang. Pada akhirnya, aku pun tidak sadarkan diri.

^Fang's POV End^


~Flashback Off~

Setetes air mata menuruni pipi Fang. Kenangan itu. Kenangan terakhirnya bersama Boboiboy. Sampai kapan pun, Boboiboy akan tetap di hatinya dan tak akan ia lupakan. Orang yang sangat ia cintai sekaligus rival nya. Fang menatap ke arah langit.

"Boboiboy, apa yang sedang kau lakukan disana? Disana pasti menyenangkan, ya? Apa kau masih mengingatku? Aku.. sangat merindukanmu." Fang tersenyum pahit. Tak ada yang dapat ia lakukan. Boboiboy sekarang sudah tenang di tempatnya yang baru.



Kau memang rivalku
Tapi, tak dapat kupungkiri wajah manismu memang sangat memikatku
Aku selalu membohongi diriku sendiri
Aku tidak menerima kenyataan bahwa Aku menyukaimu
Hingga pada akhirnya....
Kau meninggalkanku yang belum sempat menyatakan perasaanku
Tetapi...
Walaupun begitu...
Aku tetap mencintaimu
Sampai kapan pun, hanya kau lah yang aku cinta
Boboiboy....
You're my endless love


F.I.N


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Akhirnya selesai juga ini FF~~~ FF sebagai pembalasan dendam gara-gara FF YeRy kebanyakan Hurt/Comfort T^T /author di geplak fans Boboiboy/
Maap maap, yang kena malah si Boboiboy sama Fang T/\T lagi pula entah kenapa kepikiran buat bikin FF ini~

Oke author mau kabur sebelum di gebukin :'3
Thanks for read. Leave your comment!

Ketemu lagi di FF lainnya~

Sunday, August 17, 2014

Saat Terakhir


Author : Black Ave
Pairing : SiHan
Genre : Angst, Romance
Summary : Hankyung seorang pelukis jalanan yang mencukupi kehidupannya dengan melukis. Suatu saat dia bertemu dengan pengusaha kaya bernama Choi Siwon. Tapi, hubungan mereka tak dapat bertahan lama karena Hankyung harus pergi meninggalkan semua kebahagian duniawinya.

~Happy Reading~


Seorang namja memasuki sebuah taman yang cukup ramai. Ia membawa peralatan-peralatan melukis. Ya, namja itu adalah seorang pelukis jalanan. Ia meletakkan peralatan melukisnya lalu duduk di sebuah kursi kecil yang telah ia bawa.
“Uhuk.. uhuk... apakah memang hari ini dingin atau kekebalan tubuhku yang semakin menurun?” gumam namja itu. Ia menjawab pertanyaannya dalam hati.
Namja tersebut mulai melukis pemandangan tepi danau dekat taman tersebut. Tanpa disadari seorang pemuda gagah nan tampan memandanginya dari jauh. Pemuda itu akhirnya memberanikan diri untuk menghampiri pelukis tersebut.
“Permisi, bolehkah saya melihat Anda melukis?” tanya pemuda itu.
“Oh, boleh saja. Silahkan duduk.. uhukk.. maaf.” Kata namja pelukis itu.
Pemuda itu memperhatikan namja itu melukis. Gambar yang sungguh indah bagi sang pemuda.
“Maaf, bolehkah saya mengetahui nama Anda?” tanya sang pemuda dengan sopan.
“Hum? Hankyung imnida.” Jawab Hankyung sambil tersenyum.
“Choi Siwon imnida.” Kata pemuda yang bernama Siwon itu.
Setelah itu tak ada perbincangan di antara mereka. Tiba-tiba pandangan Hankyung mengabur. Darah segar keluar dari hidungnya. Tak lama kemudian Hankyung pingsan. Siwon menjadi melihat Hankyung yang pingsan.


~Saat Terakhir~


Hankyung terbaring di rumah sakit. Siwon dengan setia menunggu hingga namja itu sadar. Ia merasa bertanggung jawab atas pingsannya namja berkulit pucat itu.
Tak lama kemudian Hankyung pun terbangun.
“Saya.... ada dimana?” tanya Hankyung.
“Anda di rumah sakit. Anda pingsan saat melukis. Bagaimana keadaan Anda?” jawab Siwon tanpa mengurangi kesopanannya.
Hankyung terdiam.
“Apa dokter mengatakan sesuatu kepadamu?”
“Ya ada. Sebaiknya Anda istiraht terlebih dahulu. Dokter menyarankan begitu.” Kata Siwon menahan Hankyung yang ingin mendudukkan dirinya.
“Aku harus kembali berkarya. Uhukk.. hanya dengan melukis uhuk..uhukk.... aku bisa menghidupi diriku.” Jelas Hankyung.
“Dokter mengatakan kau harus beristirahat dan tak boleh keluar dari rumah sakit atau kau tak akan bertahan lebih dari 2 bulan!” Siwon berkata dengan penuh emosi. Ia tak mau kehilangan namja yang baru dikenalnya dalam waktu dekat itu.
Hankyung terdiam kembali. Ia... tak akan bertahan.. lebih dari 2 bulan? Hankyung menitihkan air matanya.
“Maaf hyung. Aku.. tak bermaksud..” Siwon ingin menghapus air mata Hankyung tetapi tangannya di tepis oleh Hankyung.
“Tak apa... di dunia ini memang tak akan pernah ada orang yang dapat selamat dari penyakit sepertiku ini.. hikss..  aku hanya ingin... hikss.. mengisi hari-hariku hiks.. dengan hal-hal yang membuatku senang.. agar hiks.. saat aku meninggalkan dunia ini hiks.. aku meninggal dengan bahagia hiks.. hikss..” kata Hankyung disela isakkannya.
“Jangan berkata seperti. Kau pasti bisa sembuh. Percaya itu.” Kata Siwon mencoba menyemangai Hankyung.
“Apa lagi?! Bukankah kau sudah dengar bahwa aku tak bisa hidup lebih dari 2 bulan?! Aku hanya manusia sampah yang tak berguna!! Percuma juga aku hidup!” Hankyung menutup wajahnya dengan tangannya dan menangis tersedu-sedu.
Kali ini Siwon yang terdiam.
“Hyung, kau pasti bisa sembuh. Kau harus yakin itu.. jangan kalah dengan penyakitmu hyung...” gumam Siwon. Siwon memeluk Hankyung.
“Ku tahu, kita baru kenal beberapa jam yang lalu. Tapi, entah kenapa... aku tak ingin melihatmu menyerah begitu saja.. jika memang suatu saat Tuhan akan mengambilmu, bolehkah aku menjadi sumber kebahagiaan baru untukmu, mengisi sisa waktumu di dunia ini? Setidaknya biarkan aku menemanimu..” kata Siwon. Hankyung mengangguk sebagai jawabannya.


~Saat Terakhir~


Siwon memasuki ruang rawat orang yang sangat ia sayangi.
“Hyung, lihat aku bawa apa?” kata Siwon yang menunjukkan sebuket bunga lily kesukaan Hankyung.
“Bunga lily kesukaanku.. gomawo Wonnie..” Hankyung tersenyum dan mengambil buket bunga tersebut.
“Kau suka hyung?”
“Kau tahu jawabannya,”
Siwon tersenyum mendengar jawaban Hankyung. Ia menatap namja itu. Namja itu tetap terlihat manis walaupun kulitnya sudah pucat dan memakai topi untuk menutupi kepalanya yang sudah tak berambut lagi.
Sebenarnya apa penyakit namja itu?

~Flash Back~

“Keluarga dari Hankyung-ssi?” tanya seorang dokter.
“Saya teman dekatnya.” Jawab Siwon.
“Mari keruangan saya sebentar.” Kata sang dokter lalu berjalan ke ruangannya diikuti oleh Siwon.

“Sebenarnya apa penyakitnya?” tanya Siwon penasaran.
“Leukimia stadium akhir.” Jawab sang dokter.
Siwon terdiam mendengar perkataan sang dokter.
“Ia tak pernah menceritakannya kepadamu?  Namja itu terlalu tertutup..” dokter menghela nafasnya.
“Ia sudah memiliki penyakit ini 4 tahun lalu. Karena telat diketahui penyakitnya sudah memasuki stadium 2. Ia berasal dari keluarga yang bukanlah orang berada. Ia hanya menyanggupi untuk kemoterapi selama 1 tahun. Karena tak ingin menyusahkan keluarganya ia pergi tanpa di ketahui siapa pun. Ia sudah sering keluar masuk rumah sakit ini sejak 4 tahun lalu. Ia meminta agar saya tak memberitahu keberadaannya kepada keluarganya. Semua keluarganya sudah mengira bahwa ia telah meninggal dunia. Tetapi, selama ini namja itu tinggal di tempat yang berbeda-beda agar tak dapat diketahui oleh keluarganya. Tak sedikit orang-orang menemukannya pingsan di taman ketika melukis. Dulu dia sangat menyukai seni tari. Tetapi karena stamina tubuhnya semakin menurun ia memilih mencari hobi baru yang tak membuang banyak tenanga dan tidak terlalu membuatnya kelelahan. Dan akhirnya ia menjadi seorang pelukis jalanan yang mungkin sudah pas-pas-an untuk membeli kebutuhan hidupnya, berupa makan dan obat-obatan.” Jelas sang dokter.
Siwon tertegun mendengar penuturan sang dokter.
“Dari semua orang yang menolongnya, mereka hanya membiayai administrasi awal sebelum namja itu di rawat. Selebihnya tak ada yang peduli padanya. Karena ia selalu berada di luar lingkungan rumah sakit / tempat tinggal daya tahan tubuhnya semakin menurun dari waktu ke waktu. Mungkin ia hanya dapat bertahan 2 bulan jika di rawat sungguh-sungguh di rumah sakit. Tetapi, kalau dibiarkan di lingkungan bebas, hidupnya tak lebih dari 1 bulan.” Lanjut sang dokter.
“Apa tak ada hal yang bisa kita lakukan agar dia dapat sembuh?” tanya Siwon.
“Sayangnya tidak.. kemoterapi pun sudah tak dapat menyembuhkannya.” Jawab sang dokter dengan mimik sedih.
“Dia adalah orang yang periang sebelum ia mendapat penyakit ini. Sayangnya kau akan jarang melihatnya tersenyum. Ia menjadi tertutup karena penyakitnya.”
“Baiklah jika begitu yang akan terjadi. Aku akan membiayai semua pengobatannya. Aku juga akan menemaninya dan membuatnya riang seperti dulu.” Siwon memutuskan tindakannya.
Sang dokter tersenyum. Ia pun akan berusaha agar dapat membebaskan Hankyung dari penyakitnya.

~Flash Back Off~

Siwon merasa senang. Ia dapat mengembalikan senyum Hankyung yang sudah hilang sejak lama.
“Hyung, aku ingin mengatakan sesuatu padamu.”
“Apa itu? Katakan saja.”
“Saranghae hyung..” Hankyung terdiam. Sedetik kemudian ia tersenyum.
“Nado saranghae, Wonnie.” Siwon mendekap Hankyung, seakan Hankyung adalah sebuah benda rapuh yang jika ia terlalu kasar pada benda itu, benda itu akan hancur menjadi debu.
Pada hari itu mereka pun resmi menjadi sepasang kekasih.
“Hyung, mau ketaman?”
“Tentu. Aku terlalu bosan berdiam diri dikamar.” Kata Hankyung lalu memanyunkan bibirnya.
“Hahaha, jangan begitu hyung sayang.” Siwon mencium bibir Hankyung sekilas.
Hankyung menunduk. Menyembunyikan wajahnya yang memerah.
Siwon mendorong kursi roda mendekati kasur yang di tempati Hankyung.
“Hyung lucu sekali..” goda Siwon sambil menggendong Hankyung, memindahkan namja manis itu ke kursi roda.
“Ya ya ya, aku tau Siwonnie.” Kata Hankyung yang sudah bosan di gombali namja kekar itu

Mereka pun pergi ke taman di rumah sakit. Hankyung melihat-lihat ke sekeliling taman. Walau tak seindah taman tempat ia melukis, ia tetap senang.
“Hyung, ingin mengambar sesuatu?” tanya Siwon.
“Um.. ne, mungkin pemandangan taman ini bagus juga untukku gambar.” Jawab Hankyung.
Siwon mengambil peralatan menggambar yang biasa Hankyung gunakan lalu menempatkannya di hadapan namja manis itu.
“Wonnie, coba kau duduk di kursi itu.” Hankyung menunjuk sebuah kursi di depannya. Tepat berada di depan sebuah air mancur. Siwon pun menurutinya.
“Nah, begitu.. terus seperti itu ne.” Kata Hankyung sambil tersenyum. Ia pun mulai melukis Siwon yang sedang duduk di hadapannya. Siwon tersenyum sambil menatap Hankyung yang sedang menggambar. Walau ia tersenyum tatapannya kepada Hankyung terlihat begitu menyakitkan, seakan-akan ia akan kehilangan namja itu tak lama lagi. Dan memang itu kenyataannya. Ia akan kehilangan namja itu untuk selamanya.

“Sudah jadi~” kata Hankyung dengan nada riang. Siwon hanya tersenyum lalu menghampiri Hankyung. Ia memandangi gambar Hankyung. Persis seperti aslinya.
“Bagaimana?” tanya Hankyung menatap Siwon.
“Bagus kok, kau sangat hebat dalam menggambar hyung.” Puji Siwon.
“Ah~ gomawo..” kata Hankyung senang.
Siwon berusaha tersenyum dihadapan Hankyung. Tak lama lagi, ia sudah tak dapat melihat senyum Hankyung.
“Hyung, tutup matamu.”  Kata Siwon.
“Huh? Untuk apa??” tanya Hankyung.
“Sudah, turuti saja.”
Hankyung pun menutup matanya.
“Nah, sudah.. memangnya ada apa?” tanya Hankyung penasaran.
Siwon memasangkan sebuah kalung yang terdapat huruf ‘SH’.
“Buka matamu, hyung.” Hankyung membuka matanya dan memegang kalung yang di pasangkan oleh Siwon.
“SH? Siwon Hankyung?” tanya Hankyung yang sedikit bingung. Siwon tersenyum lalu menangguk.
“Aigoo~ gomawo Wonnie..” Hankyung memeluk Siwon.
“Tidak perlu berterima kasih, hyung.” Balas Siwon lalu membalas pelukan Hankyung.
“Tidak, itu harus kuucapkan..” kata Hankyung lalu menatap Siwon.
“Kau telah menjadi cahaya baru dalam hidupku, kau juga yang telah memberiku kebahagiaan selama ini, kau juga yang telah menemaniku sampai aku dapat bertahan selama ini. Kau juga lah yang telah mengisi kekosongan hari-hariku dan hatiku. Kau terlalu baik untukku, sampai membuatku tak ingin meninggalkanmu. Kau telah membuatku belajar menghargai hidupku, membuatku belajar untuk mencintai orang lain dan diriku sendiri. Kau telah mengajarkanku apa arti dari sebuah kehidupan itu. Tentu saja aku harus berterima kasih kepadamu.” Kata Hankyung sambil tersenyum.
“Terima kasih untuk semuanya.”
“Terima kasih juga telah mau menjadi permaisuri di hatiku.”
Siwon mendekatkan wajahnya, lalu mencium bibir Hankyung dengan lembut. Ciuman yang penuh perasaan dan kasih sayang. Tak ada nafsu maupun hasrat dalam ciuman mereka. Siwon pun melepas ciuman mereka dan tersenyum.
“Sudah hampir malam, kau harus balik ke kamar hyung.”
“Kamar? Haahh.. baiklah~ kajja.” Jawab Hankyung dengan nada kecewa.

~Saat Terakhir~

Hari ini adalah hari yang membahagiakan. Hankyung dan Siwon mengadakan pertunangan. Walau di dalam ruang rawat Hankyung, prosesi pertunangan itu berjalan lancar. Mereka pun sudah resmi bertunangan.
“Chukkae hyung..” ucap Ryeowook seorang namja imut kepada Siwon. Ryeowook berusahan agar tangisannya tidak keluar karena melihat sepasang kekasih yang bisa dikatakan memiliki hubungan yang rumit ini. Ikatan cinta diantara mereka sangat kuat. Mereka tetap terlihat tegar walau mereka akan terpisah tak lama. Yesung yang menyadari itu mendekap Ryeowook dan mengelus-elus punggung namja mungil itu.
Teman-teman dekat Siwon yang menghadiri itu sudah tak dapat membendung tangisnya.
“Kenapa.. kalian menangis?” tanya Hankyung bingung.
Mereka tak dapat menjawab.
“Kalian... kalian berdua telah membuat kami kagum. Kisah cinta kalian sungguh lah rumit. Walaupun begitu, kalian berhasil melalui berbagai masa-masa sulit dengan kekuatan cinta kalian yang luar biasa. Kami..” seorang namja berwajah angelic sudah tak dapat menahan tangisnya lebih lama. Ia memeluk Hankyung erat.
“Kami harap Tuhan akan berbaik hati dan membiarkanmu bertahan lebih lama.” Kata mereka semua bersamaan. Siwon yang sedari tadi diam kini menitihkan air matanya. Melihat teman-temannya, dan menyadari waktunya bersama Hankyung tak akan bertahan lama.
Hankyung menyadari apa yang orang-orang itu tangisi, ia pun tersenyum.
“Tenang lah.. kami pasti akan bisa bertahan lebih dari ini. Kalian harus yakin itu!” kata Hankyung memberi semangat kepada orang-orang di kamar itu. Perlahan-lahan semua orang mulai tersenyum dan mengangguk.
“Ya kami yakin.” Gumam mereka.


Semakin lama keadaan Hankyung semakin memburuk. Siwon selalu dengan setia menemani Hankyung. Siwon terlihat resah melihat Hankyung yang terus terlelap sejak 2 hari yang lalu. Ia tak mau kehilangan namja itu terlalu cepat. Setidaknya biarkan ia mengucapkan selamat tinggal untuk namja manis itu. Siwon menggenggam tangan Hankyung erat dan terus menciumi punggung tangan Hankyung yang sudah terlihat sangat pucat.
“Hyung, sadarlah.. secepat itukah engkau akan meninggalkanku? Tak inginkah dirimu melihatku untuk terakhir kalinya?” gumam Siwon. Detak jantung Hankyung semakin melemah. Siwon tak dapat membendung tangisnya lebih lama.
Siwon menunduk. Ia tak ingin melihat Hankyung yang keadaannya membuatnya merasakan sakit yang teramat dalam di hatinya.
Sebuah keajaiban terjadi. Hankyung bangun dari tidur panjangnya. Ia melihat Siwon yang menangis dihadapannya.
“Siwonnie..” panggil Hankyung.
“Hyung? Ne hyung?” Siwon segera menoleh dan mempererat genggaman tangan mereka.
“Jangan menangis. Kau membuatku tak tega meninggalkanmu. Jaga dirimu baik-baik, jangan tangisi kepergianku, maafkan aku tak dapat menemanimu lebih lama, carilah penggantiku.” Ucap Hankyung menatap Siwon dengan tatapan sendu.
“Hyung.. aku tak bisa mengganti posisimu dalam hatiku. Biarkanlah aku tetap mencintaimu sampai kapan pun.”
“Baiklah, jika itu maumu. Aku tak akan memaksa. Berhentilah menangis Wonnie. Buat aku terlelap dengan kebahagiaan. Aku tak ingin terlelap di akhiri dengan tangisanmu.” Hankyung menghapus air mata Siwon dan tersenyum. Siwon pun tersenyum. Ia ingin Hankyung tidur saat melihat senyumnya, bukan tangisannya.
“Semoga kau bahagia disana.. jangan lupakan aku,hyung.” Kata Siwon.
“Tentu tidak, Wonnie. Saranghae..”
“Nado saranghae, hyung..” Siwon mencium bibir Hankyung untuk terakhir kalinya. Hankyung memejamkan matanya saat Siwon menciumnya. Detak jantung Hankyung telah berhenti.
Siwon melepaskan ciumannya. Ia menatap Hankyung penuh kasih sayang. Hankyung telah pergi, meninggalkan Siwon di dunia ini.
“Izinkan aku menikahinya sebelum ia dikuburkan.” Kata Siwon kepada sang dokter yang menemani mereka.
“Kau sudah di izinkan.” Kata sang dokter.

~Saat Terakhir~

Pernikahan itu berjalan dengan lancar. Di akhiri tangisan para hadirin yang kagum dan juga terharu atas kisah cinta kedua anak manusia itu. Pernikahan yang khidmat tetapi, terlihat sangat menyakitkan.
Hankyung di dandani seperti pengantin perempuan yang sangat cantik dengan wajah yang pucat itu. Selama pernikahan berlangsung, Hankyung dibaringkan di dalam peti.
Akhirnya Siwon dan Hankyung menjadi sepasang suami-istri. Walau Siwon akan menjalankan hari-harinya tanpa keberadaan sang istri.
Setelah misa pernikahan mereka berdua, dilanjuti dengan misa sebelum mengantarkan Hankyung ke tempat peristirahatan terakhirnya. Setelah misa ke 2 selesai, orang-orang bergotong royong membawa peti yang di tempati Hankyung lalu menguburkan namja itu. Para hadirin pernikahan itu juga menghadiri acara pemakaman Hankyung. Setelah peti di tutupi tanah, perlahan-lahan orang-orang mulai pergi dari pemakaman tersebut, kecuali Siwon. Siwon bersimpuh didepan nisan. Ia mengelus-elus batu nisan tersebut.
“Satu jam saja aku sudah dapat mencintaimu, tapi untukku, melupakanmu butuh waktu yang cukup lama, mungkin.. sampai akhir hayatku. Aku hanya ingin mengucapkan selamat jalan, hyung. Saranghae.” Ucap Siwon lalu mencium batu nisan itu.
Tanpa ia sadari sebuah cahaya putih berada di belakangnya.
“Nado saranghae, Wonnie..”
Ketika Siwon berbalik, cahaya itu lenyap dalam sekejap. Siwon merasa menginjak sesuatu. Ia melihat sebuah kalung bertuliskan ‘SH’. Ia mengambil kalung tersebut dan memakainya.
“Aku tahu kau tak akan meninggalkanku, hyung.” Siwon pergi dari pamakaman tersebut.

~E.N.D~

Need Comment, guys! 

Friday, August 15, 2014

My Pedo Seongsaeng

Author : Black Ave
Rate : M
Genre : Romance, Friendship
Warn : Pedophile, YAOI, Genderswitch
Pairing : SiHan slight! HanChul
Summary : Siwon seorang guru olahraga, yang tertarik pada murid namjanya bernama Hankyung. Ia pun mencoba mendekati Hankyung, tetapi karena sahabat Hankyung, mengetahui bahwa ia menginginkan namja cilik itu, Heechul terus berada di dekatnya dan melindungi Hankyung.


~Happy Reading~



Hari ini murid-murid belajar roll depan saat pelajaran OR. Beberapa murid ada yang dapat langsung menguasai, ada pula yang tidak.

"Hankyungieeee~ ajari aku.. jebal jebal jebal~" rengek seorang yeoja.
"Arraseo Chullie.. kau ini manja sekali eoh." kata namja yang di panggil Hankyungie itu.
"Hehehe.. manja sekali-kali tak apa kan?"
"Kim Heechul, ayo kau berlatih lagi!" kata Choi seonsaeng.
"Ne seonsaeng. Baru saja aku meminta Hankyung mengajariku." jawab Heechul -yeoja manja itu-
Choi seonsaeng a.k.a Choi Siwon hanya menghela nafas. Ia tak boleh egois sekarang. Tak boleh. Dihadapan murid-muridnya.Siwon pun berlalu membiarkan Heechul bersama Hankyung.
Heechul menyeringai melihat kepergian sang guru.Hankyung pun akhirnya mengajari Heechul. Heechul senang ketika Siwon seonsaeng menatap mereka dengan tatapan cemburu. Ia pun tertawa puas dalam hati.


~My Pedo Seonsaeng~




Hankyung berdiri diam di dekat gerbang sekolah. Melihat ke arah hujan yang tak berhenti. Seseorang menatapnya dari jauh. Orang itu pun menghampiri Hankyung yang hanya diam.
“Hankyung?” panggil orang itu.
“Eh? Oh seonsaeng. Ne ada apa?” tanya Hankyung.
“Terjebak hujan? Mau seonsaeng antar?” tanya guru tersebut.
“Aniya, tak perlu. Saya ingin menunggu sampai berhenti.”
“Tapi, kelihatannya hujan ini tak akan berhenti sampai malam.” Kata sang guru yang tak lain adalah Siwon.
Hankyung terdiam. Jika iya hujan tak akan berhenti sampai malam, maka ia tak akan bisa pulang. Hankyung pun memutuskan ikut dengan Siwon.
“Baiklah seonsaeng. Saya tak ingin pulang terlalu malam.” Jawab Hankyung.
Siwon tersenyum. Ia merangkul Hankyung.
“Kajja, kita harus cepat sebelum hujan bertambah deras.” Balas Siwon.

Mereka pun telah masuk kedalam mobil. Baju mereka terlihat basah karena terkena hujan. Siwon menyalakan mobilnya dan mulai menjalankannya. Tak ada percakapan di antara mereka.
“Oh ya, di mana rumahmu?” tanya Siwon.
“Tepat di sebelah pemakaman.” Jawab Hankyung.
“Sebelah? Pemakaman??” ulang Siwon.
“Nde, sebelah pemakaman. Memangnya kenapa seonsaeng?” tanya Hankyung yang bingung dengan reaksi Siwon.
Siwon berpikir sejenak. Disebelah pemakaman bukannya tidak ada rumah? Batin Siwon
“Seonsaeng fokus!” teriak Hankyung ketika melihat mereka akan menabrak sebuah truk.
Siwon segera sadar dan memutar kemudi mobil dan mobil Siwon menabrak sebuah pohon. Dengan reflek Siwon segera melindungi Hankyung. Hankyung memejamkan matanya. Tak ada rasa sakit sama sekali. Ia pun memberanikan diri membuka matanya. Ia melihat sang guru mendekapnya. Hankyung mulai panik ketika melihat darah keluar dari kepala Siwon.
“Seonsaeng! Gwaechanayo???” tanya Hankyung panik.
Siwon membuka matanya. Ia menatap Hankyung lalu tersenyum.
“Ne, gwaechana. Hanya luka ringan. Kau tak apa kan?” tanya Siwon.
Hankyung mengangguk. Mereka keluar dari mobil yang menabrak pohon dan melihat truk yang hampir menabrak mereka tidak kenapa-kenapa.
“Seonsaeng, duduklah sebentar, kepalamu masih mengeluarkan darah.” Kata Hankyung lalu menarik Siwon untuk duduk di bawah pohon. Siwon pun duduk menuruti kata Hankyung. Hankyung membuka tasnya dan mengambil sebuah handuk dan menyiram handuk kecil itu dengan air minumnya, setelah itu ia membasuh luka sang guru. Siwon menahan perih ketika handuk itu membersihkan darah di kepalanya. Setelah membersihkan darah di kepala Siwon, Hankyung mengambil sebuah plester untuk luka dan menempelkannya di dahi Siwon.
“Nah, sudah selesai. Lain kali jangan melamun seonsaeng.” Kata Hankyung sambil tersenyum.
“Nde, mianhae malah membuatmu semakin telat pulang.” Kata Siwon.
“Tidak apa, seonsaeng.”
“Apa rumahmu masih jauh dari sini?” tanya Siwon.
“Umm.. lumayan jauh..”
Siwon melihat ke sekelilingnya. Hari sudah semakin malam, mobilnya rusak dan tak bisa dijalankan, mana lagi handphonenya kehabisan battery. Siwon melihat sebuah hotel yang tak begitu jauh dari tempat mereka berada.
“Bagaimana kalau kita menginap disana? Lagi pula besokkan libur, nanti aku akan menelpon orang tuamu untuk memberitahu keadaanmu. Handphone seonsaeng mati, dan tak ada taksi yang lewat di daerah ini.” Kata Siwon sambil menunjuk sebuah hotel yang tak jauh dari tempat mereka beristirahat.
“Baiklah, tapi saya tak dapat berganti pakaian.” Kata Hankyung.
“Nanti kita cari di pertokoan dekat sini. Yang penting kita check in dulu, setelah itu baru kita pergi mencari pakaian.” Jelas Siwon.
“Hmm.. baiklah, lalu bagaimana dengan mobil seonsaeng?”
“Sepertinya kita perlu bantuan orang-orang untuk memindahkannya.”
Siwon pun melihat pengemudi truk tadi sedang ingin menjalankan truknya. Ia segera menghampiri truk itu.
“Permisi pak, bisa minta bantuannya sebentar?”

~My Pedo Seonsaeng~

Setelah selesai mengurusi mobil dan check in di hotel, Hankyung dan Siwon beristirahat sebentar di kamar. Siwon melihat pada jam yang bertengger di dinding.
“Ayo, kita pergi cari pakaian.” Ajak Siwon.
“Ah ne kajja..” kata Hankyung.
Mereka pun pergi keluar hotel.

Mereka melewati sebuah toko pakaian. Dan masuk ke toko itu.
“Pilih lah 2 pasang pakaian. Nanti seonsaeng bayar.” Kata Siwon.
Hankyung mengangguk dan segera mencari pakaian yang sekiranya cocok untuknya.
Siwon menunggu Hankyung yang masih mencari pakaian. Ia sendiri telah menemukan pakaian yang cocok untuknya.
Setelah menemukan pakaian yang pas untuknya Hankyung berjalan mendekati Siwon.
“Sudah? Berikan bajunya kepada seonsaeng.” Kata Siwon.
Hankyung memberikan pakaian yang ia pilih ke Siwon tanpa mengatakan apa pun.
Setelah membayar Siwon menatap Hankyung bingung.
“Han, gwaechanayo?” tanya Siwon.
Hankyung hanya mengangguk. Saat ia melihat keluar toko ia melihat ke arah bulan pada malam hari. Hankyung hanya melamun. Siwon pun yang tak ingin berlama-lama di toko pun segera menggendong Hakyung lalu keluar dari toko.
Hankyung kaget akan perlakuan Siwon. Tanpa ia sadari wajahnya memerah.
Siwon tertawa kecil.
“Kau malu, hm?” tanya Siwon.
“Aniya! S-saya engga malu kok..” jawab Hankyung.
“Jangan terlalu formal, lalu kalau tidak malu apa?” goda Siwon.
“Umm.. arraseo. Hanya takut jatuh..”  jawab Hankyung asal.
“Tenang aja ga akan jatuh kok. Oh ya, kalau di luar sekolah panggil hyung saja ya.”
“Huh? Ok hyung.”

~My Pedo Seonsaeng~

Hankyung keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Siwon menatap Hankyung. Siwon berusaha agar nafsunya tak mengambil alih akal sehatnya. Hankyung tak memperdulikan tatapan Siwon dan langsung memakai pakaiannya.
Mereka pun bersantai sambil menonton TV. Tak ada percakapan apa pun di antara mereka. Hankyung fokus pada film yang sedang mereka tonton. Saat ada adegan yang tak seharusnya ia lihat, Hankyung menutup wajahnya yang entah kenapa memerah karena melihat sedikit adegan itu. Hankyung menutup wajahnya dengan tangannya. Siwon yang melihat itu tertawa.
“Tak apa, lihat saja.. kau juga harus tau hal-hal seperti itu. Ya, tapi jangan sampai ketagihan melihat hal seperti itu.” Kata Siwon.
“M-maksudnya apa h-hyung?” tanya Hankyung gugup.
“Ya maksudnya jangan sampai karena melihat hal seperti itu kau jadi ingin mencoba, ya atau hal yang lainnya.” Jawab Siwon.
Hankyung memberanikan diri melihat film itu dan membulatkan matanya kaget.
“Huaaaaa~ aku tak mau melihatnya lagi!” Hankyung menutup wajahnya dengan bantal. Lalu menutup tubuhnya dengan selimut sampai kepala.
Siwon tertawa geli melihat tingkah Hankyung.
“Jangan terlalu sering dekat dengan Heechul, nanti kau jadi yeoja tau hahaha~” goda Siwon.
“Yaaa! Tidak mungkin hyung!”
“Mungkin saja jika kau tidak mau mencoba menonton film ini dan tetap dekat kepada Heechul..” Siwon tetap menggoda Hankyung. Hankyung pun kesal dikerjai terus oleh sang guru pun mendudukkan dirinya.
“Baiklah baiklah! Aku akan menontonnya!” kata Hankyung kesal.
Hankyung menonton film itu. Tiba-tiba ia merasa ada sesuatu yang bereaksi di bagian bawahnya.
Hankyung yang menyadari ada sesuatu yang tak beres pun mulai gelisah. Siwon yang mengetahui apa yang terjadi pada Hankyung hanya menyeringai tipis dan tetap menonton.
“A.. aku tak sanggup menonton lebih jauh! Aku mau tidur!” Hankyung menutup wajahnya dengan selimut. Siwon hanya diam tak bereaksi. Hankyung melihat Siwon melakukan sesuatu di bawah selimut dan berteriak.
“KYAAAA!!! Hyungg!!! A-ap-apa yang k-k-kau l-lak-lakukan?!” Hankyung shock dan menutup wajahnya dengan bantal.
Siwon tertawa melihat Hankyung yang seperti yeoja.
“Hahaha~ kau seperti yeoja saja. Hyung hanya memuaskan diri sendiri, memangnya kau mau membantu, hm?” goda Siwon.
“Enggak akan! Aku normal hyung!” jawab Hankyung kesal. Hankyung tidur dengan membelakangi Siwon. Siwon mengambil  remote TV dan mematikan TV. Ia pun tidur di sebelah Hankyung dan memeluk namja cilik itu dari belakang.
“Kau yakin?” goda Siwon lalu menggesekkan penisnya ke belahan butt Hankyung.
Hankyung menggigit bibir bawahnya. Ia hanya mengangguk. Siwon menyeringai melihat Hankyung seperti itu.
“Baiklah kalau kau memang normal. Hyung tak akan mengerjaimu lagi.” Kata Siwon.
Hankyung menghela nafas lega.
“Tapi, hyung akan membuatmu menjadi abnormal.” Siwon pun meremas butt Hankyung.
“S-s-seonsaeng.. he-hentikan..” kata Hankyung yang berusaha menahan desahannya.
“Ssttt.. sudah kubilang jangan panggil seperti itu di luar sekolah.” Kata Siwon lalu meremas-remas kuat butt Hankyung.
“Hngghh.. a..arraseo, t-tapi he-hentikan itu..” kata Hankyung.
Siwon tak mengubris perkataan Hankyung dan melepas celana Hankyung dan meraih penis milik Hankyung dan mengocoknya.
“Ahh aahh h-hyunghh..” Hankyung menahan tangan Siwon.
“Kenapa lagi, hm?” tanya Siwon.
“Jangan lakukan itu. Aku belum siap.” Kata Hankyung.
“Baiklah baiklah, tapi aku tak mau melihatmu menggunakan apapun.”
“M-maksudnya?”
Siwon melepaskan pakaian Hankyung dan mebuat namja cilik itu full naked di hadapannya.
“H-hyung.. k-kenapa a-aku h-ha-harus seperti ini?” tanya Hankyung dengan wajah yang merah.
“Tak apa.. hyung ingin melihat tubuhmu secara langsung seperti ini.”
“Hyung pedophile!” teriak Hankyung lalu menunduk.
“Memang, lalu kenapa?”  Siwon memeluk tubuh Hankyung. Lalu mengelus-elus butt mulus Hankyung.
Hankyung tak menjawab apa pun.
“Sejak dulu hyung ingin kau jadi milik hyung tetapi, sahabat yeojamu itu berada di dekatmu. Dan hyung tak memiliki kesempatan untuk mendapatkanmu. Ya sudah, hyung hanya bersabar saja.”
“H-hyung gay?” Siwon menangguk sebagai jawaban.
“Kenapa hyung malah menyukaiku? Bukannya banyak namja lain selainku?”
“Karena hati hyung memilihmu.”
Jawaban yang singkat tapi dapat membuat bungkam kedua manusia itu.
“Lalu, apa yang harus kulakukan?”
“Jadi milikku.”
Hankyung diam. Ia tak tahu harus menjawab apa.
“Bagaimana? Kau mau?”
“Aku tak harus memuaskanmu kan?”
“Untuk saat ini tidak perlu.”
“Berarti suatu saat aku harus melakukan itu?”
“Yap, mungkin saat kau lulus SMP.”
“Kalau aku menolak menjadi milikmu?”
“Aku akan mengejarmu, dan terus mengejarmu sampai aku dapat memilikimu seutuhnya.”
“Kalau tidak direstui?”
“Kita pergi dari Korea.”
“Kemana?”
“Ke negara yang mengizinkan kita bersama.”
Mereka berdua diam.
“Aku mau tidur.” Hankyung memejamkan matanya.
“Tunggu.” Siwon membalik tubuh Hankyung dan memeluknya.
“Kenapa hyung?” tanya Hankyung bingung.
“Poppo dulu..” kata Siwon.
“Haissh.. aku bukan kekasihmu hyung.” Hankyung membalikkan tubuhnya membelakangi Siwon.
“Kalau gitu aku akan menjadikan dirimu milikku.” Siwon bersiap memasukkan penisnya ke dalam hole Hankyung.
“Stop! Jangan lakukan apapun!” Hankyung membalikan tubuhnya dan menatap Siwon kesal.
Siwon hanya diam melihat tatapan Hankyung tersebut.
“Apa yang harus kulakukan?” tanya Hankyung dengan nada jutek.
“Menjadi kekasihku.”
Hankyung mendengus kesal.
“Arraseo aku milikmu hyung. Jangan ganggu aku lagi.” Hankyung segera memejamkan matanya.
Siwon tertawa pelan.
“Good night, Hannie.” Siwon mencium dahi Hankyung lalu memejamkan matanya.
Hankyung membuka matanya melihat sekilas ke arah Siwon. Ia mencibir sang guru. Lalu membalikan badannya dan tidur pulas.


~T.B.C