Title : The Last Chance
Author : Black Ave
Genre : Romance, Hurt/Comfort, Angst
Cast : BTS Member
Pair : KookMin
Rate : T
Sumarry : Walau tak bisa mengembalikan waktu, selama bisa bertemu denganmu untuk sekali lagi tak apa. Jika perlu mengorbankan nyawaku pun aku akan rela.
~Happy Reading~
~Don't Like Don't Read~
"Pagi Kookieee~" panggil seorang namja bernama Park Jimin. Sedangkan, yang di panggil 'Kookie' masih bergelut dalam selimutnya. Namja itu -Jimin- mempoutkan bibirnya. "Yaa! Kebo! Ayo bangun! Dasar pemalas!" Jimin menatap Jungkook yang masih tertidur sambil berkacak pinggang di dekat Jungkook, sang kekasih yang masih tertidur.
"Berisik sayang. Masih ngantuk tau.." Jungkook membenamkan wajahnya di bantal. Jimin menggoyang-goyangkan tubuh Jungkook. Ia tidak akan menyerah sebelum Jungkook bangun.
"Ayo bangunn~ sudah pagi begini." Jimin semakin kesal melihat Jungkook yang sama sekali tak mengubrisnya. Tiba-tiba..
Grep!
Jimin mengerjapkan matanya. Masih terkejut atas kejadian yang baru saja terjadi. Jungkook tiba-tiba menarik tangannya membuatnya jatuh ke kasur lalu memeluknya seperti sebuah guling. "Temani aku tidur ya." ucap Jungkook. Jimin mempoutkan bibirnya lagi. Ia hanya mengangguk pasrah sembari memeluk Jungkook.
~^The Last Chance^~
Sore pun menjelang. Terlihat sepasang kekasih yang tengah menikmati waktu-waktu bersama mereka. Terlihat keduanya sedang asik di sofa. Bercengkrama, bercanda, menghabiskan waktu bersama-sama hingga larut malam.
"Kookie~ gendoong~" ujar Jimin sambil merentangkan tangannya. Jungkook yang melihat kelakuan Jimin yang kekanakan itu terkekeh pelan. Kemudian Jungkook berjongkok.
"Ayo naik," Jimin pun naik ke punggung Jungkook dan memeluk leher Jungkook. "Mau kemana hm?" tanya Jungkook.
Jimin membuat pose seakan sedang berpikir, ia meletakkan jari telunjuknya di dagu dan memasang mimik wajah layaknya orang berpikir. "Umm... ke hati Kookie~" jawab Jimin dengan wajah polosnya. Sontak hal tersebut membuat Jungkook tertawa. Jimin mempoutkan bibirnya. "Kenapa tertawa?" tanyanya.
"Kalau mau ke hati Kookie kan sudah Minnie." jawab Jungkook. Jimin hanya mengangguk, sepertinya ia berpikir lagi.
"Hum... jinjja jinjja?" tanya Jimin sambil menatap Jungkook. Jungkook mengangguk sambil tersenyum.
"Ne jinjja, Minnie." Jimin tersenyum senang. Lalu memeluk Jungkook serta menyandarkan kepalanya pada bahu Jungkook. Jungkook mengarahkan tangannya untuk mengelus rambut Jimin.
"Kookie, Kookie~ ayo ke kamar saja. Aku mau istirahat." ujar Jimin. Jungkook mengangguk lalu berjalan ke kamar mereka. Jungkook merebahkan Jimin di kasur lalu bergabung berbaring bersama Jimin. Jimin memeluk Jungkook. Jungkook menoleh lalu mengelus punggung Jimin.
"Sudah mau tidur hm?" tanya Jungkook. Jimin menggeleng pelan.
"Masih mau bersama Kookie~"
"Aigoo.. masih ada hari esok sayang."
"Tidak mau. Pokoknya mau sama Kookie.."
"Baiklah, baiklah." Jungkook mencium pucuk kepala Jimin. Keduanya terdiam. Menikmati kesunyian yang mereka ciptakan. Hingga akhirnya Jimin masuk ke dalam alam mimpinya lebih dulu. Jungkook yang melihat hal tersebut tersenyum tipis dan mencium kening Jimin. "Good night, baby. Love you." Jungkook mendekap Jimin dan ke duanya memasuki alam mimpi masing-masing.
~^The Last Chance^~
Begitulah setiap hari rutinitas Jimin dan Jungkook, lebih banyak menghabiskan waktu bersama. Walau Jimin lebih tua 2 tahun dari Jungkook itu bukan lah hal yang mereka permasalahkan. Saat ini Jungkook menduduki kelas 2 SMA. Sedangkan Jimin sudah kuliah dan sebentar lagi akan menuntaskan pendidikannya di jenjang kuliah.
Jimin termasuk murid yang pintar, walau tak jarang juga ia banyak absen dari kelas karena menghabiskan waktu bersama Jungkook. Begitu pula, Jungkook. Tak jarang juga ia melewatkan beberapa hari tanpa masuk sekolah.
Saat ini mereka menghabiskan waktu dengan teman-teman mereka yaitu, Namjoon, Yoongi, Taehyung, Hoseok. Ada pula adik dari Jimin, Hyeri. Keluarga Jimin maupun Jungkook tak ada yang mengetahui hubungan ke duanya. Hubungan mereka termasuk hubungan terlarang. Dan, pasti keluarga mereka tak akan merestuinya.
Tapi, bersyukurlah, adik Jimin, Hyeri masih dapat di andalkan untuk menjaga rahasia kisah cinta keduanya.
"Bagaimana hubungan kalian? Masih aman-aman saja kan?" tanya Namjoon. Jungkook dan Jimin mengangguk sembari menyeruput teh hangat mereka.
"Baguslah, setidaknya keluarga kalian tidak curiga kan?" lanjut Taehyung. Jungkook tersenyum lalu menggeleng.
"Kalian tenang saja, kami tidak apa-apa kok. Hubungan kami baik-baik saja." jawab Jungkook.
"Kau tau, beberapa anak di sekolah sudah tau kau gay, dan well.. mereka menjelek-jelekkanmu. Kau tak takut reputasimu sebagai Primadona Sekolah hancur?" tanya Yoongi.
"Yang memiliki hubungan adalah kami, apa pun kata orang, aku tidak peduli. Karena yang menjalani ini adalah kami, bukan mereka." balas Jungkook, ia menoleh ke arah Jimin yang menunduk sambil tersenyum.
"Aku sangat kagum pada kalian. Kalian hebat, dapat menjalani hubungan seperti ini. Harus backstreet, menyiapkan puluhan bahkan ratusan alasan untuk menyembunyikan hubungan kalian." ujar Hyeri.
Mereka tertawa. Mungkin saat itu mereka bisa bersenang-senang, bahagia, tanpa mengetahui apa hal buruk yang akan menghampiri mereka.
~^The Last Chance^~
Di Kediaman Keluarga Park..
"Hyeri-ya!" panggil sang appa. Hyeri yang baru pulang segera menghampiri appanya.
"Ne appa? Wae? Apa ada masalah?" tanya Hyeri bingung. Sang appa melempar sebuah amplop coklat ke meja.
"Dimana oppamu itu? Dan apa maksud foto-foto itu?" Hyeri bingung, dan ia mengambil amplop tersebut. Sungguh terkejutnya Hyeri melihat isi foto-foto dalam amplop itu. Ia benar-benar merutuki orang yang tega-teganya mengambil foto itu. Hyeri menunduk, ia tak sanggup berkata-kata.
"Hyeri, katakan saja.. kami hanya ingin tau dimana keberaadaan Jimin." ujar sang eomma lembut. Hyeri pun dengan terpaksa memberitatahu tentang Jimn sang kakak, apa yang ia lakukan dan sebagainya.
Mendengar penjelasan Hyeri, appa dan eomma mereka terlihat shock dan terdiam mendengarkan Hyeri. Sang appa hampir saja ingin pergi menemui Jimin dan memarahi sang anak. Mereka tak habis pikir, anak yang mereka banggakan ternyata seorang gay.
"Sudahlah appa, Tenangkan emosimu. Kita selesaikan ini baik-baik. Hyeri, tolong kau temui kakakmu, dan suruh agar ia cepat pulang ya." ujar sang eomma. Hyeri hanya bisa pasrah dan menuruti perintah sang eomma.
~^The Last Chance^~
Ting tong..
Ting tong..
Bunyi bell apartment Jungkook, membuat pemuda itu terpaksa beranjak dari sofa nyamannya dan berjalan menuju pintu untuk menemui sang pengganggu kegiatannya bersama Jimin.
Cklek.
"Loh, Hyeri? Ada apa kemari?" tanya Jungkook yang sedikit terkejut melihat kedatangan Hyeri. Pasalnya, yeoja itu tak akan datang jika bukan karena masalah penting.
"Bolehkah aku menemui Jimin oppa?" balas Hyeri sambil menunduk. Jungkook mempersilahkan Hyeri masuk. Hyeri masuk dan menceritakan kejadian di rumah tadi kepada Jungkook dan Jimin. Ia menangis tersedu-sedu, seakan semua hal ini terjadi karena kesalahannya.
"Hyeri, ini bukan salahmu. Tenang saja. Aku akan menemui appa dan eomma untuk menjelaskannya." Jimin menepuk pundak Hyeri, tersenyum dan memberi harapan pada Hyeri.
"Tidak akan terjadi hal buruk. Kau jangan khawatir ok." Jungkook tersenyum,
Jungkook's POV
Sejujurnya, aku pun khawatir setelah mendengar cerita dari Hyeri. Aku bertanya-tanya, siapa orang yang mengirimkan amplop berisi foto-foto kebersamaanku dan Jimin hyung? Aku tau, sekeras apapun Jimin hyung memohon, aku sudah tau pasti bagaimana akhir dari kisah kami.
Dari sini, aku hanya mampu tersenyum, menunjukkan bahwa semuanya tidak apa-apa. Hanya perlu menutupi rasa sedih yang teramat dalam. Berpura-pura tegar agar mereka tidak khawatir. Karna aku tau, masalah ini sudah menjadi beban pikiran mereka, belum lagi jika aku terlihat sedih. Itu akan menambah beban mereka.
Jungkook's POV End
"...Kook?" panggil Jimin. Jungkook tersadar dari lamunannya, ia menoleh ke arah Jimin.
"Ah, iya? Ada apa Minnie?" tanya Jungkook. Jimin mempoutkan bibirnya.
"Daritadi aku memanggilmu tau. Aku mau pamit pulang ne." Jungkook hanya mengangguk. Jimin mempoutkan bibirnya lagi. "Tidak ingin mengatakan sesuatu? Huh, ya sudah. Bye~" Jimin berjalan ke arah pintu.
Grep!
Jimin maupun Hyeri berhenti. Jimin menoleh dan tersenyum tipis melihat Jungkook memeluknya. Jimin mengelus tangan Jungkook. "Ada apa hm?" tanya Jimin.
"Hati-hati di jalan ne. Apapun yang terjadi nanti terima apa adanya ne. Hubungi aku sebisa dan sesegera mungkin." bisik Jungkook. Jimin membalik badannya. Ia langsung memeluk Jungkook erat. Jimin mengangguk. Perlahan, dengan perasaan tak rela, Jimin melepas pelukannya.
"Aku pulang dulu ya..." pamit Jimin. Jungkook mengangguk dan tersenyum. Ia melambaikan tangan pada Jimin yang telah menghilang di balik pintu apartmentnya.
~^The Last Chance^~
Brak!
"Kau tau tidak apa kesalahanmu, hah?" sambutan yang sangat tidak mengenakkan terdengar dari kediaman keluarga Park. Jimin hanya menunduk dan mengangguk pelan. Bahkan ia tak berani menatap sang appa.
"M-maaf appa.. a-aku.." Jimin menggantungkan kata-katanya. Air matanya hampir saja jatuh dan mengalir di kedua pipinya. Sang eomma berusaha menenangkan Tuan Park yang tengah emosi.
"Sudahlah yeobo. Kau tau kan cinta itu buta, biarkan ia memilih orang yang ia cintai asal ia bahagia. Lagi pula, Jungkookie kan teman baik Jimin sejak kecil. Ia tidak akan menyakiti Jimin." ucap sang eomma bijak.
"Tapi, kenapa harus sesama namja? Banyak yeoja yang bisa ia pilih! Ini benar-benar memalukan! Menjatuhkan nama keluarga kita!" Jimin semakin menundukkan kepalanya. "Mulai besok, kau harus masuk kuliah! Dan ingat! Kau tidak boleh bertemu dengan Jungkook! Setelah kau lulus, appa akan memindahkanmu ke USA. Appa tidak menerima penolakan!" Jimin memberanikan diri menatap sang appa.
T.B.C
~~~~~
Hanya butuh review, saran dan kritik yang membangun '-')b Maaf sudah lama tak post FF disini~ T.T maafkan author, reader-nim~~ *bungkuk* oke lebay -.- Dun be a silent readers pleajeeuuu/?
No comments:
Post a Comment